Rabu 19 Sep 2018 14:21 WIB

Menlu Inggris Bantu Cari Bukti Kekerasan Terhadap Rohingya

Jeremy Hunt akan mengunjungi Myanmar dan bertemu Aung San Suu Kyi.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt.
Foto: Sky News
Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt melakukan kunjungan ke Myanmar selama dua hari. Hunt dijadwalkan akan bertemu dengan pemimpin negara itu Aung San Suu Kyi.

Menjelang perjalanan ke Myanmar, Hunt mengatakan Inggris akan meningkatkan dukungannya untuk mengumpulkan bukti bagi para Rohingya yang telah menderita kekerasan seksual oleh militer Myanmar. Penyelidik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bulan lalu bahwa militer Myanmar melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan terhadap Rohingya dengan "niat genosida". PBB meminta agar panglima tertinggi myanmar dan pejabat militer lainnya  dituntut berdasarkan hukum internasional.

"Misi pencarian fakta Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkap penderitaan yang mengerikan di Burma, dan dalam menghadapi tuduhan serius seperti itu, tidak ada negara yang menganggap dirinya manusiawi dapat mundur dan tidak melakukan apa-apa. Kami bertekad untuk melakukan semua yang kami bisa untuk memberikan keamanan, martabat dan keadilan bagi para korban, "kata Hunt dalam sebuah pernyataan.

Ia mengatakan, Inggris bersama dengan mitra internasional akan meningkatkan dukungan bagi para korban tindakan kekerasan tersebut. "Dukungan itu termasuk penempatan tambahan para ahli dalam mencegah kekerasan seksual dan pengembangan kode etik untuk mengumpulkan bukti," katanya.

Hunt juga dijadwalkan mengunjungi Asosiasi untuk Bantuan Tahanan Politik dan melakukan diskusi dengan aktivis HAM. Dia juga akan pergi ke Rakhine utara.  Pembicaraan dengan Suu Kyi dijadwalkan berlangsung Kamis esok. Hunt juga akan memanfaatkan kunjungan itu untuk mengangkat kasus dua wartawan Reuters yang dipenjara karena memberitakan masalah krisis Rohingya.

Baca: Mahkamah Pidana Internasional Mulai Selidiki Kasus Rohingya

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement