Kamis 29 Nov 2018 12:52 WIB

Fotografer Cina Dilaporkan Hilang Usai Mengunjungi Xinjiang

Lu Guang dibawa aparat keamanan Cina tiga minggu lalu dengan alasan yang tak jelas.

Red:
abc news
abc news

Fotografer Lu Guang selama ini dikenal dengan karya-karyanya yang menampillkan kehidupan warga Cina yang terpinggirkan semisal pekerja tambang, pecandu narkoba, ataupun pengidap HIV.

Namun sekarang fotografer yang banyak mendapatkan penghargaan tersebut yang menjadi pusat perhatian. Menurut istrinya Xu Xiaoli, suaminya Lu Guang telah dibawa oleh petugas keamanan Cina tiga minggu lalu dengan alasan yang tidak jelas.

Xu mengatakan suaminya Lu sedang mengunjungi Xinjiang tanggal 3 November lalu ketika dia kehilangan kontak dengan suaminya.

Lu Guang sudah mengadakan kontak dengan para fotografer di ibukota Xinjiang Urumqi, seminggu sebelumnya, dan dijadwalkan untuk bertemu dengan seorang teman di provinsi Sichuan, tanggal 5 November namun tidak muncul.

Pihak berwenang di Zhejiang mengatakan kepada seorang teman Xu bahwa suaminya dan seorang fotografer lain telah dibawa oleh petugas keamanan Xinjiang.

"Saya tahu bahwa dia tidak akan melakukan hal yang ilegal." kata Xu (45 tahun) dalam wawancara lewat telepon dari New York, dimana dia sedang belajar seni desain dan membesarkan anak mereka.

Juru bicara Departemen Luar Negeri China Geng Shuang mengatakan kepada wartawan hari Rabu bahwa dia tidak mengetahui situasi berkenaan dengan Lu Guang.

Lu memenangkan juara pertama dalam kontes World Press Photo yang bergengsi untuk serangkaian foto mengenai warga pedesaaan yang miskin di China yang terinfeksi HIV setelah menjual darah untuk menghidupi mereka.

Foto-fotonya mengambil tema yang biasanya dihindari oleh media Cina karena takut memberitakan masalah-masalah sosial yang tidak disukai oleh pemerintah.

Menurut Xu Xiaoli, ini adalah kunjungan suaminya yang pertama ke Xinjiang.

Penjagaan keamanan ketat sudah diberlakukan di Xinjiang daerah dimana penduduk suku Uighur dan Kazakh mayoritas beragama Islam.

Belakangan ini muncul laporan bahwa hampir satu juta warga di sana telah ditahan di kamp 'pendidikan'.

Lihat beritanya dalanm bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement