Senin 17 Jun 2019 15:50 WIB

Dokter India Mogok Massal karena Kasus Kekerasan dari Pasien

Dokter di India menuntut perlindungan terhadap kekerasan dari pasien dan keluarga.

Rep: Rossi Handayani / Red: Nur Aini
Ilustrasi dokter.
Foto: thyroidlesslife.com
Ilustrasi dokter.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Puluhan ribu dokter India mogok kerja pada Senin (17/6) untuk menyerukan perlindungan terhadap kekerasan dari pasien dan keluarga mereka.

Dilansir dari Straits Times, pemogokan nasional akan berlangsung hingga Selasa (18/6) pagi, yang merupakan aksi solidaritas dengan dokter di negara bagian Benggala Barat bagian timur. Sebelumnya tiga orang diserang dengan brutal oleh kerabat seorang pria yang meninggal.

Baca Juga

Asosiasi Medis India (IMA), yang mewakili 350 ribu dari 900 ribu dokter India, menyerukan hukuman yang lebih keras bagi mereka yang menyerang staf medis.

IMA mengatakan rumah sakit harus memiliki lebih banyak kamera keamanan. Selain itu, masuknya pengunjung ke rumah sakit harus dibatasi.

Pemogokan layanan dokter, tidak termasuk layanan darurat, terjadi saat parlemen mengadakan pertemuan untuk pertama kalinya setelah Perdana Menteri Narendra Modi terpilih kembali bulan lalu.

Dokter di ibu kota Bengal Barat, Kolkata, telah melakukan pemogokan sejak Senin lalu, ketika sebuah keluarga menyerang tiga dokter setelah seorang kerabat meninggal selama perawatan di rumah sakit yang dikelola pemerintah.

Keluarga menyalahkan kematian karena kelalaian oleh dokter. Mereka menyerang dengan keras dan meninggalkan dua staf medis terluka parah. Pemogokan di Benggala Barat telah melumpuhkan layanan medis bagi 90 juta orang.

Pada Senin, para dokter di negara bagian itu akan membahas pemogokan dengan Mamata Banerjee, perdana menteri negara dan lawan Modi.

India membelanjakan kurang dari dua persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) untuk perawatan kesehatan, menjadikannya salah satu penganggaran terendah di sektor ini secara global. Organisasi Kesehatan Dunia menempatkannya di bawah Irak dan Venezuela.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement