Selasa 26 Apr 2016 16:18 WIB

30 Tahun Chernobyl, dari Darurat Hingga Perkembangan Ekonomi

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ani Nursalikah
Sebuah rumah yang ditinggalkan penghuninya di Karpylivka, Ukraina, Kamis, 7 April 2016. Karpylivka adalah salah satu desa terdekat dengan reaktor pembangkit nuklir Chernobyl yang meledak.
Foto: AP Photo/Mstyslav Chernov
Sebuah rumah yang ditinggalkan penghuninya di Karpylivka, Ukraina, Kamis, 7 April 2016. Karpylivka adalah salah satu desa terdekat dengan reaktor pembangkit nuklir Chernobyl yang meledak.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK -- Komunitas internasional memperingati bencana nuklir yang terjadi di Pembangkit Tenaga Nuklir Chernobyl pada Selasa (26/4). Tepat 30 tahun pascakecelakaan, keadaan darurat sudah berubah menjadi perkembangan ekonomi dan sosial di wilayah terimbas.

Bencana ini tidak hanya berimbas pada tiga negara, yaitu Belarusia, Rusia, dan Ukraina, tetapi juga seluruh dunia. Menteri Konselor Kedutaan Besar Belarus di Indonesia mengatakan, kecelakaan Chernobyl telah mengubah cara pandang pemerintah terhadap tenaga nuklir, keamanannya, dan keselamatannya.

Kecelakaan Chernobyl memberi pelajaran kepada seluruh dunia bagaimana mencegah insiden serupa. Kini wilayah terimbas telah pulih dan berkembang sedikit demi sedikit. Daerah-daerah yang pernah mengalami bencana nuklir kini menjadi tempat yang lebih baik dan bisa ditinggali, seperti Hiroshima, Nagasaki, dan Fukushima.

Baca: Ukraina Peringati 30 Tahun Bencana Chernobyl

Chernobyl pun telah menjadi wilayah dengan potensi pariwisata. Namun, pemantauan terhadap kontaminasi tetap dilakukan. Komunitas global dipimpin PBB telah terlibat dalam proses pascabencana Chernobyl selama hampir 30 tahun.

Saat ini, PBB mengimplementasikan Chernobyl Decade of Recovery and Sustainable Development of the Affected Regions atau upaya memulihkan wilayah yang terdampak bencana nuklir. Belarusia, Rusia, dan Ukraina bersama dengan PBB mendapatkan pelajaran dan pengalaman dalam perbaikan dari konsekuensi bencana nuklir.

Hal ini dinilai harus dibagi ke seluruh komunitas internasional sehingga konferensi internasional digelar di Minsk untuk membahas hal ini. Pertemuan dihadiri oleh para pemimpin dan perwakilan tingkat tinggi dari negara-negara terimbas, PBB, badan PBB seperti UNICEF, FAO, WHO, dan lainnya. Turut hadir pula perwakilan dari negara donor, yaitu Cina, Kuba, Jerman, Jepang, Irlandia, Italia, Spanyol, Swiss, dan Inggris.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement