Selasa 26 Dec 2017 18:39 WIB

Kanada Balik Usir Diplomat Venezuela

Presiden Venezuela Nicolas Maduro
Foto: Reuters
Presiden Venezuela Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Kanada akan mengusir diplomat Venezuela dan melarang duta besar negara tersebut kembali. Menteri Luar Negeri Chrystia Freeland menyatakan hal tersebut pada Senin atau dua hari setelah Venezuela mengusir utusan Kanada karena mengritik catatan hak asasi manusianya.

Negara Barat dan negara tetangga Amerika Latin-nya semakin kritis terhadap Presiden Venezuela, Nicolas Maduro pada tahun ini, menuduhnya melanggar demokrasi dan hak asasi manusia. Venezuela mengatakan pemerintah asing berusaha mendorong kudeta sayap kanan. Pada Sabtu, negara itu juga mengusir utusan Brazil.

Venezuela menarik duta besarnya dari Kanada sebagai bentuk protes atas sanksi terhadap pemerintah Maduro, yang diterapkan Kanada pada September. Dalam sebuah pernyataan, Freeland mengatakan bahwa duta besar Venezuela sudah tidak ada lagi diterima di Kanada dan bahwa kuasa usaha Venezuela "persona non-grata".

Pengusiran yang dilakukan Venezuela atas diplomat Kanada pada akhir pekan, katanya, merupakan langkah khas rezim Maduro. Mereka secara konsisten merongrong semua upaya untuk memulihkan demokrasi dan membantu rakyat Venezuela.

"Warga Kanada tidak akan berdiam saat Pemerintah Venezuela merampok rakyatnya dari demokrasi dan hak asasi manusia fundamental mereka, dan menyangkal akses terhadap bantuan kemanusiaan dasar," katanya dalam pernyataan tersebut.

Kanada pada September, mengikuti langkah serupa yang dilakukan oleh Amerika Serikat, dengan memberlakukan sanksi yang ditargetkan terhadap 40 orang pejabat senior Venezuela, termasuk Maduro, untuk menghukum mereka atas perilaku anti-demokrasi. Para menteri pertahanan dan dalam negeri serta beberapa hakim agung juga termasuk yang menjadi sasaran langkah itu.

Kanada adalah anggota dari 12 negara Lima Group, yaitu kelompok yang mencoba untuk mengatasi krisis Venezuela. Mereka selanjutnya akan bertemu di Cile pada Januari.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement