Rabu 15 Aug 2018 16:37 WIB

Israel Akhiri Blokade Jalur Penyeberangan ke Gaza

Jalur penyeberangan Kerem Shalom sebelumnya ditutup lebih dari sebulan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Terminal Kerem Shalom, yang juga merupakan perbatasan Gaza dengan Israel
Foto: Mina News
Terminal Kerem Shalom, yang juga merupakan perbatasan Gaza dengan Israel

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Israel telah membuka kembali jalur penyeberangan ke Gaza, yakni perlintasan Kerem Shalom, Rabu (15/8). Jalur lintas batas itu sebelumnya ditutup selama lebih dari sebulan sebagai hukuman atas eskalasi yang terjadi di sepanjang perbatasan Israel-Gaza.

Setelah membuka kembali jalur Kerem Shalom, Menteri Pertahanan Israel Avigdor Lieberman menyerukan warga Gaza menjaga ketenangan dan ketertiban. Ia mengatakan situasi di Jalur Gaza sangat kisruh sejak 30 Maret lalu, yakni ketika warga Palestina di sana melakukan aksi "The Great March of Return". Aksi tersebut digelar dengan tujuan menuntut Israel mengembalikan desa-desa yang direbutnya pascaperang Arab-Israel 1948 kepada para pengungsi Palestina.

Aksi itu pun direspons secara represif dan brutal oleh pasukan keamanan Israel di perbatasan. Dengan dalih mengancam keamanan, mereka menyerang dan menembaki para demonstran. Lebih dari 150 warga Gaza tewas akibat serangan-serangan pasukan Israel. Sedangkan ribuan lainnya mengalami luka-luka.

Setelah ketegangan agak mereda, situasi kembali memanas pekan lalu. Hamas melancarkan serangan roket ke Israel. Aksi itu dibalas Israel dengan serangkaian serangan udara yang menargetkan markas besar keamanan internal Hamas.

Menurut Lieberman, eskalasi kembali meredup dalam beberapa hari terakhir. "Empat hari terakhir adalah hari-hari paling tenang di perbatasan Gaza sejak 30 Maret," ujarnya pada Rabu (15/8), dikutip laman the Times of Israel.

Ia mengatakan membedakan kepemimpinan Hamas dan warga biasa di Jalur Gaza. "Oleh karena itu, saya memutuskan membuka kembali perilintasan Kerem Shalom dan memperluas daerah penangkapan kembali 9 mil ke laut sebagai pesan yang jelas kepada penduduk Gaza; tenang membayar, tidak ada kekerasan," ucap Lieberman.

"Penduduk Gaza memiliki banyak keuntungan ketika warga Israel menikmati perdamaian dan keamanan, dan terlalu banyak kehilangan ketika ketenangan warga (Israel) terganggu," kata Lieberman menambahkan.

Menurutnya, penduduk Gaza tidak patut menyalahkan Israel atas penderitaan yang mereka alami. "Masalahnya adalah kepemimpinan Hamas, yang menggunakan warga sipil sebagai amunisi hidup dan sebagai tameng manusia," ujarnya.

Lieberman mengindikasikan Israel siap menawarkan insentif ekonomi tambahan ke Jalur Gaza jika situasi di sana tetap tenang dan kondusif. Ia mengatakan, sebelum kesepakatan Oslo, terdapat sekitar 90 ribu warga Gaza yang bekrja di Israel.

Selain itu, terdapat 80 pabrik yang beroperasi di zona industri Erez dan Karni yang berada di sepanjang perbatasan. "Kami berharap pada kalian, warga Gaza, bahwa semua anggaran Hamas dan komunitas internasional akan disalurkan untuk kesejahteraan kalian dan untuk pengembangan Jalur Gaza, bukan untuk terorisme," kata Lieberman.

Kemudian terkait negosiasi gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas, Lieberman mengatakan hal itu baru bisa dilakukan jika jasad tentara Israel dan dua warganya dikembalikan. Kendati demikian, ia menyatakan yang akhirnya menjadi penentu berhasil atau tidaknya negosiasi gencatan senjata jangka panjang tetap kenyataan dan situasi di lapangan.

"Kami akan melakukan segalanya untuk menjamin keamanan warga Israel, dan jika Hamas berubah melakukan kekerasan lagi, kami akan segera merespons dan dengan cara yang lebih keras dari sebelumnya," ujarnya.

Sebelumnya, lebih dari 95 persen pabrik industri di Jalur Gaza telah menghentikan produksi. Penghentian produksi tersebut akibat penutupan tempat penyeberangan komersial Kerem Shalom antara Israel dan daerah kantung pantai tersebut.

Ketua Perhimpunan Pengusaha Palestina di Jalur Gaza, Ali Hayek, mengatakan kondisi tersebut berdampak pada pekerja di Jalur Gaza. "Sebanyak 75 ribu pekerja dan tenaga kerja tak memperoleh pekerjaan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement