Kamis 21 Jun 2018 16:35 WIB

Setahun Berkuasa, Apa yang Dilakukan Putra Mahkota Saudi?

Dia mencitrakan dirinya sebagai seorang reformis dan simbol Islam moderat.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Ani Nursalikah
Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Foto:
Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman

Reformasi sosial

Upaya MBS untuk modernisasi telah digembar-gemborkan sebagai upaya yang ditunggu-tunggu dan progresif untuk membawa Saudi yang konservatif ke abad 21. Basis dukungan terbesarnya berasal dari rakyatnya sendiri, di mana 60 persen berada di bawah usia 30 tahun.

Pada Januari tahun ini, wanita pertama kalinya diizinkan menghadiri stadion olahraga, tempat yang sebelumnya hanya untuk pria saja. Selain itu, keputusan kerajaan telah ditandatangani untuk membatalkan undang-undang yang melarang perempuan mengemudi, dan partisipasi yang lebih besar di ruang publik terbuka bagi perempuan.

Namun hal ini dibayangi penangkapan para feminis dan aktivis Saudi baru-baru ini. Mereka yang ditangkap secara terbuka menganjurkan kesetaraan gender, hak bagi perempuan untuk mengemudi, dan mengakhiri sistem perwalian laki-laki.

Para aktivis, yang termasuk pembela HAM, menjadi sasaran kampanye kotor oleh pihak berwenang, yang menyebut mereka sebagai pengkhianat dan menuduh mereka memiliki kontak yang mencurigakan dengan entitas asing. Mereka juga menghadapi tuduhan di bawah undang-undang anti-terorisme 2014 di negara itu, yang telah dikritik oleh kelompok-kelompok HAM sebagai alat untuk menghancurkan perbedaan politik yang damai.

Modifikasi ekonomi

Rencana diversifikasi ekonomi kerajaan dan ketergantungan pada minyak diresmikan oleh MBS dua tahun lalu di bawah bendera Visi 2030, yang bergantung pada reformasi sosial dan berusaha untuk mengintegrasikan perempuan dalam angkatan kerja.

Dia menguraikan kebijakan mengembangkan sektor publik seperti pendidikan, pariwisata dan rekreasi. Salah satu rencana tersebut adalah pembangunan zona ekonomi 500 miliar dolar AS di pantai barat lautnya, memanjang ke Yordania dan Mesir.

Ketika puluhan tahu korupsi ekonomi merenggut miliaran dolar dari ekonomi, Visi 2030 mengusulkan pembentukan dana kekayaan berdaulat dan penjualan saham dari Saudi Aramco, perusahaan minyak milik negara. Untuk memastikan investasi yang menguntungkan ke Arab Saudi, putra mahkota melanjutkan tur resmi mulai dari Mesir ke Eropa hingga Amerika Serikat.

Dia meminta pejabat, selebritis, dan CEO berpengaruh dan meyakinkan mereka menandatangani obligasi kontrak sebagai imbalan atas janjinya tentang negara modern, jauh dari citra teokrasi ultra-konservatif. Namun, keputusan terburu-buru di regional telah membuat pangeran tidak disukai. Tindakannya terhadap negara-negara tetangga seperti Yaman dan Qatar telah menghasilkan implikasi geopolitik yang jauh jangkauannya dan menyebabkan lebih banyak kesulitan daripada pertunjukan kekuatan regional.

Contoh lain adalah ketika Perdana Menteri Lebanon Saad Hariri mengumumkan pengunduran dirinya yang terpaksa dan membingungkan di Riyadh. Hal itu menjadi bumerang dan Hariri membatalkan pegumumannya segera setelah dia mendarat di Beirut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement