Kamis 09 May 2019 21:14 WIB

Qatar Bersolek, Kereta Bawah Tanah Pertama Resmi Diluncurkan

Kereta bawah tanah ini akan melintasi distri ibu kota, Doha.

Kereta subway melaju kencang di stasiun bawah tanah, ilustrasi
Kereta subway melaju kencang di stasiun bawah tanah, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Qatar membuka jalur kereta bawah tanah pertama, setelah proses pembangunan yang memakan waktu enam tahun. Red Line Metro Doha memulai operasi parsial pada Rabu lalu dengan rute dari Distrik Al-Qassar yang terletak di ibu kota, ke wilayah kota bagian selatan, al-Wakrah.

Sebanyak 13 dari 18 stasiun pada rute Red Line yang menghubungkan al-Wakrah ke kota Lusail di wilayah utara juga sudah mulai beroperasi. Qatar menargetkan untuk mengoperasionalkan 75 kereta dan menyelesaikan 37 stasiun, dan dua jalur yakni Green Line serta Gold Line pada 2020.

Baca Juga

"Ini adalah salah satu proyek besar Qatar dan ini bukan hanya proyek yang dibuka, ini adalah cara baru untuk transportasi di seluruh negeri," ujar Direktur Komunikasi dan Public Relation Qatar Rail, Abdulla Al-Mawlawi, kepada Aljazeera, Kamis (9/5). 

"Ini akan menyambut semua warga negara, wisatawan, dan ekspatriat yang tinggal di Qatar," ujar al-Mawlawi menambahkan.

Kereta bawah tanah tersebut berjalan dengan kecepatan antara 80 hingga 100 kilometer per jam. Kereta canggih yang diimpor dari Jepang itu dibagi menjadi tiga kompartemen, yakni kelas standar, bagian keluarga, dan Gold Club. Kereta ini dapat menampung hampir 416 penumpang. Jarak tempuh dari al-Qassar ke al-Wakrah yakni sekitar 35 menit.  

Warga Qatar sangat antusias dengan dibukanya jalur kereta bawah tanah tersebut. Sejak Rabu pagi, mereka mengantri untuk membeli tiket dan mencoba transportasi umum baru itu. Tiket untuk kelas standar dibanderol seharga 2 riyal, sedangkan kelas Gold Club 10 riyal. 

"Ini adalah momen yang luar biasa untuk menjadi salah satu penumpang yang berada di kereta ini sejak hari pertama," kata seorang warga Qatar, Abdul Rahman Al Mahmoud (48 tahun). 

Sementara itu, seorang ibu rumah tangga Davina Bovell (72 tahun) sangat antusias dan sudah lama menantikan operasional kereta bawah tanah tersebut. Bovell berasal dari Skotlandia dan sudah lima tahun tinggal di Qatar.

"Ini adalah sesuatu yang diperlukan sejak lama, dan saya pikir itu akan membuka tempat-tempat seperti al-Wakrah dan tempat-tempat lain yang tidak banyak dikunjungi orang," kata Bovell. 

Seorang insinyur asal Filipina, Ric Daos, mengatakan Metro Doha akan mengubah sistem transportasi di Qatar. Transportasi tersebut sangat bermanfaat bagi warga untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, terutama warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi. 

Pembangunan Metro Doha bertujuan untuk menyambut Piala Dunia 2022. Kota Al-Wakrah adalah situs salah satu dari delapan stadion sepak bola yang akan menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Stadion Al-Wakrah berkapasitas 40 orang, dan berada 15 kilometer selatan ibu kota. Stadion ini akan diresmikan pada 16 Mei. 

Pembangunan Metro Doha dimulai pada 2013. Proyek ini tetap dilanjutkan di tengah krisis diplomatik regional setelah negara tetangga Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA) Bahrain, serta Mesir, memberlakukan blokade darat, udara dan laut di Qatar. Tahap kedua konstruksi, termasuk tambahan Blue line dan 60 stasiun lagi, diharapkan selesai pada 2026.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement