Rabu 19 Jun 2019 16:43 WIB

Trump: Kami Siap Hadapi Iran

AS menuding Iran berada di balik serangan terhadap kapal tanker minyak.

Rep: Rizki Jaramaya/ Red: Budi Raharjo
Kerusakan yang dialami kapal tanker minyak Kokuka Courageous di Teluk Oman dekat pantai Iran, Kamis (13/6).
Foto: U.S. Central Command via AP
Kerusakan yang dialami kapal tanker minyak Kokuka Courageous di Teluk Oman dekat pantai Iran, Kamis (13/6).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan Washington siap menghadapi Iran. Hal ini disampaikan Trump di tengah ketegangan yang meningkat setelah serangan terhadap kapal tanker minyak di Teluk Oman, dan rencana Iran untuk meningkatkan pengayaan uranium.

"Kami sangat siap untuk Iran. Kami akan melihat apa yang terjadi," ujar Trump kepada wartawan, Rabu (19/6).

Sebelumnya, AS mengumumkan akan mengerahkan tambahan 1.000 pasukan ke Timur Tengah untuk mengantisipasi kekhawatiran terhadap Iran. AS menuding Iran berada di balik serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Teluk Oman pada pekan lalu. Selain itu, AS juga melayangkan tuduhan serupa kepada Iran atas serangan empat kapal tanker yang terjadi pada Mei lalu di lepas pantai Uni Emirat Arab.

"Jika Anda melihat apa yang telah mereka lakukan, dan saya tidak hanya berbicara tentang selama seminggu terakhir. Saya berbicara tentang selama bertahun-tahun. Mereka telah menjadi negara teror," kata Trump.

Dalam sebuah wawancara dengan majalah Time, Trump mengatakan, dia siap mengambil tindakan militer untuk menghentikan Iran mendapatkan bom nuklir. Ketegangan antara Teheran dan Washington meningkat, sejak Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada tahun lalu.

Sebelumnya, Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) akan meningkatkan produksi pengayaan  uranium sebanyak empat kali lipat dalam 10 hari ke depan. Peningkatan tersebut melampaui limit yang ditetapkan dalam Perjanjian Nuklir Iran 2015.

Dalam Perjanjian Nuklir Iran 2015, cadangan uranium pengayaan rendah (low enriched uranium) dibatasi tidak boleh lebih dari 300 kilogram dengan konsentrasi 3,67 persen. Jumlah tersebut jauh di bawah tingkat konsentrasi 90 persen yang dibutuhkan untuk membuat senjata nuklir. Adapun uranium uranium bisa digunakan untuk membuat reaktor nuklir, dan berpotensi membuat senjata nuklir.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement