Kamis 28 Apr 2011 06:48 WIB

Fatah-Hamas Sepakat Bentuk Pemerintah Sementara

Palestina
Foto: zoudib.wordpress.com
Palestina

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA--Gerakan Fatah pimpinan presiden Palestina Mahmoud Abbas dan saingan sengitnya, kelompok Islam Hamas, telah menandatangani perjanjian Rabu untuk membentuk pemerintah persatuan sementara dan menentukan tanggal bagi pemilihan umum, menurut kedua belah pihak. Perjanjian itu, yang memeranjatkan banyak pejabat karena perbedaan mendalam Fatah-Hamas mengenai bagaimana memecahkan konflik lama dengan Israel, telah lama dibahas di Mesir dan diikuti serangkaian pertemuan rahasia.

"Kedua belah pihak telah menandatangani surat perjanjian pendahuluan. Semua pokok perbedaan telah diatasi," kata Taher Al-Nono, juru bicara pemerintah Hamas di Gaza, pada Reuters. Ia menambahkan bahwa Kairo akan mengundang segera kedua belah pihak ke upacara penandatanganan. Perjanjian itu adalah yang pertama dilaporkan oleh dinas intelijen Mesir, yang memerantarai pembicaraan itu.

Dalam satu pernyataan yang diangkat oleh kantor berita negara Mesir MENA, dinas intelijen mengatakan perjanjian itu direncanakan oleh delegasi Hamas yang dipimpin oleh Moussa Abu Marzouk, wakil kepala politbiro kelompok itu, dan anggota Komite Sentral Fatah Azzam al-Ahmad. "Kosultasi itu menghasilkan pengertian penuh dalam semua pokok pembicaraan, termasuk pembentukan pemerintah sementara dengan tugas khusus dan untuk menetapkan tanggal bagi pemilihan," kata pernyataan tersebut.

Menurut pernyataan itu, perjanjian tersebut akan membolehkan Mesir untuk mengundang semua kelompok Palestina guna menandatangani perjanjian rekonsiliasi nasional di Kaito dalam beberapa hari mendatang. Pemulihan persatuan Palestina dianggap sebagai sangat penting untuk menghidupkan kembali prospek bagi negara Palestina berdasar pada hidup berdampingan yang damai dengan Israel. Fatah, gerakan arus besar Palestina hingga kemenangan Hamas dalam pemilu 2006, mendukung perdamaian yang dirundingkan, tapi gerakan Islam itu menolaknya.

Al-Ahmad dan Abu Marzouk mengatakan perjanjian itu mencakup semua masalah yang diperselisihkan, termasuk pembentukan pemerintah sementara, pengaturan keamanan dan penyusunan kembali Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) untuk memungkinkan Hamas masuk. Seorang pejabat intelijen Mesir mengatakan pada Reuters bahwa ia mengharapkan Abbas dan pemimpin Hamas Khaled Meshaal, yang bermarkas di Damaskus, akan menghadiri penandatanganan perjanjian itu di Kairo.

sumber : antara/reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement