Selasa 07 Jun 2011 18:14 WIB

Walau Osama Tewas, Kenapa Pasukan AS Masih Tetap Ngotot di Afghanistan?

Red: cr01
 Tentara Afghanistan tengah latihan baris-berbaris.
Foto: AP
Tentara Afghanistan tengah latihan baris-berbaris.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Seorang perwira senior militer AS, mengatakan Amerika Serikat dan sekutunya telah membuat "kemajuan'' yang signifikan dalam "strategi keluar" pemerintahan Obama dari Afghanistan.

Namun komandan Angkatan Darat, Letjen William B Caldwell, mengatakan rencana—untuk melatih tentara dan polisi Afghanistan untuk menggantikan 100.000 tentara AS—ini masih bergumul dengan tingginya tingkat korupsi.

"Hal ini juga terganggu oleh gelombang serangan terhadap pasukan sekutu dan pembunuhan pejabat Afghanistan oleh polisi dan tentara Afghanistan yang nakal," kata Caldwell, Senin (6/6).

"Saya tidak ingin menyesatkan siapa pun bahwa tidak cukup banyak tantangan ke depan," tegas perwira militer yang pernah memegang komando NATO dan melatih lebih dari 296.000 tentara dan polisi Afghanistan ini.

Namun dia cukup yakin pasukan keamanan Afghanistan akan "benar-benar'' siap memimpin operasi tempur pada 2014, sesuai batas waktu yang ditetapkan NATO.

Usaha tersebut (pelatihan aparat keamanan Afghan) telah tertunda selama bertahun-tahun karena kekurangan pelatih baik dari AS maupun Eropa, dan kurangnya pendanaan. Kemudian, dua tahun yang lalu, pemerintahan Obama mulai mengguyurkan fulus untuk mempercepat pelatihan, yang terbayarkan dengan lusinan prajurit tempur Afghan yang mulai terlibat dalam operasi militer bersama pasukan AS.

Namun seiring dengan perdebatan di Gedung Putih tentang jumlah pengurangan pasukan AS yang dijanjikan pada Juli mendatang, kian nampak bahwa aparat pasukan Afghanistan tidak siap mengambil alih kendali keamanan. "Hanya satu dari 84 batalyon infanteri yang dilatih dan diterjunkan NATO yang sepenuhnya siap untuk beroperasi secara independen," kata Caldwell.

"Jika kita ingin pasukan yang terlatih penuh siap mengambil-alih kepemimpinan operasi tempur, maka kita harus memiliki kesabaran dan komitmen panjang," ujarnya.

Kondisi ini, lanjut Caldwell, berbeda dengan Uni Soviet, yang melatih pasukan Afghanistan dan kemudian meninggalkan mereka. "Kita harus mengakhirinya!"

Sementara itu di Afghanistan, Menteri Pertahanan AS Robert Gates mengatakan berulang kali bahwa AS harus tetap menekan Al-Qaidah dan pemberontak Taliban. "Saya pikir kita telah membuat kemajuan pada tujuan utama kita, dengan mengobok-obok Al-Qaidah dan mencoba mengalahkan mereka. Dan pembunuhan bin Laden merupakan hasil besar," kata Gates.

"Kita masih punya cara untuk melanjutkan operasi dan saya kira kita tidak perlu menginjak gas terlalu kencang dalam beberapa bulan ke depan," tandasnya.

sumber : Huffington Post
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement