REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Sebuah masjid lokal di Desa Jaba', yang terletak di utara Yerusalem, Palestina, dirusak dan dibakar orang tak dikenal, Selasa (19/6). Akibatnya, dinding bagian dalam masjid dan karpet sepanjang tiga meter hangus terbakar.
Sebuah sumber Palestina mengatakan, warga Israel yang disinyalir sebagai pelaku pembakaran dan pengerusakan masjid tersebut menulis grafiti 'AntiPalestina', 'AntiIslam' dan 'Price Tag' di dinding masjid. Slogan Price Tag akhir-akhir ini populer karena terkait dengan retribusi yang akan dibayar penduduk Tepi Barat jika pemukiman di wilayah tersebut dibekukan.
Sementara tulisan di dinding luar masjid itu berbahasa Ibrani bertuliskan 'Perang Ulpana'. Ulpana adalah sebuah bukit di pemukiman Tepi Barat, dimana Pemerintah Israel sedang menyiapkan untuk memindahkan lima bangunan apartemen yang disengketakan. Sebuah media berbahasa Ibrani melaporkan, polisi di Yerusalem menyatakan insiden tersebut dilakukan ekstremis sayap kanan Israel.
Para ekstremis tersebut biasanya menargetkan warga Palestina dan Arab. Namun, akhir-akhir ini mereka menargetkan aktivis kiri Israel dan tentara. Dalam melakukan aksinya, mereka membakar mobil dan masjid.
Ironisnya, para pelaku jarang tertangkap. Dalam beberapa bulan terakhir pasukan keamanan telah meningkatkan upaya menekan fenomena tersebut setelah serangan terhadap sebuah pangkalan militer tahun lalu.
"Sekitar pukul satu malam kami mendengar teriakan warga desa dan menyadari masjid telah terbakar. Lebih dari 300 orang bangun dan kami berusaha memadamkannya. Setelah itu, kami melihat tulisan rasis. Ini benar-benar ketidakadilan besar di dunia," ujar Wali Kota Abdul Karim Sharaf.
Salah satu penduduk Jaba, Sheikh Datoun kepada radio Israel mengatakan, sejumlah orang tidak dikenal masuk ke masjid. Mereka memecahkan jendela dan melempar korek api yang memicu terjadinya kebakaran.
Juru Bicara Polisi Israel, Micky Rosenfeld secara terpisah mengatakan, penyelidik telah tiba di lokasi. Mereka sedang melakukan penyelidikan forensik atas peristiwa tersebut. "Saat ini kami sedang menyelidiki berbagai kemungkinan," kata Rosenfeld.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu mengutuk serangan tersebut. Ia menyebut para penyerang tidak toleran dan tidak bertanggung jawab terhadap hukum. Netanyahu pun menyatakan para penyerang akan diadili.
Aksi vandalisme yang terjadi di masjid terjadi mendekati tenggat waktu 1 Juli bagi pemerintahan Netanyahu. Sesuai dengan perintah pengadilan, bangunan di Ulpana yang merupakan rumah bagi 30 keluarga di pemukiman Beit El akan dibongkar.
Warga Palestina mengkhawatirkan pemukiman Israel yang dibangun di tanah rampasan perang 1967 berdampak pada kedaulatan negara Palestina. Pemukiman Israel tersebut dianggap ilegal oleh Mahkamah Internasional.