Sabtu 05 Apr 2014 14:40 WIB

Pemilu Afghanistan Dihantui Serangan Taliban

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Bilal Ramadhan
Pemilu Afghanistan (ilustrasi)
Foto: islam.ru
Pemilu Afghanistan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL-- Janji Taliban untuk mencegah pemilu Sabtu (5/4) menambah ketidakpastian nasib Afghanistan. Kelompok yang sempat mengambil alih kepemimpinan Afghanistan itu telah melancarkan serangkaian serangan di Kabul dan beberapa wilayah lain. Serangan itu telah menimbulkan rasa tidak aman menewaskan puluhan orang termasuk seorang jurnalis Associated Press.

Pada malam sebelum pemungutan suara, dua jurnalis AP, fotografer Anja Niedringhaus (48 tahun) asal Jerman tewas tertembak sementara rekannya reporter Kathy Gannon terluka saat melakukan peliputan persiapan pemilu.

Ajazirah, Sabtu (5/4), melansir, sekitar 352 ribu tentara ditugaskan untuk mengamankan 12 juta pemilih dan 28.500 tempat pemungutan suara dari serangan Taliban. Ibukota Afghanistan, Kabul, dijaga ketat dengan pemasangan palang di jalan-jalan dan diterapkannya pos pemeriksaan. Sekitar 10 persen tempat pemungutan suara ditutup akibat alasan keamanan.

Taliban sendiri memperingatkan, warga yang ikut memberi suara juga akan menjadi target serangan mereka. Warga Afghanistan, Jumat (4/4) mulai memberikan suara mereka untuk memilih pemimpin baru pengganti Hamid Karzai secara demokratis. Ini merupakan sejarah baru dalam sejarah 5000 tahun eksistensi Afghanistan.

''Saya di sini untuk memilih dan saya tidak takut akan serangan apapun. Ini hak saya dan tak ada yang bisa menghentikan,'' kata seorang warga Kabul, Haji Ramazan yang ikut mengantre bersama warga lain di tengah malam yang dingin usai Kabul diguyur hujan.

Ashraf Ghani Ahmadzai, Abdullah Abdullah dan Zalmai Rassoul berbulan-bulan bermanuver, kampanye, dan mengadakan pertemuan dengan berbagai suku untuk meyakinkan pemilih termasuk dari kalangan Komando Mujahidin.

Ketiga kandidat yang merupakan hasil didikan Barat itu memiliki peluang yang sama. Para analis pun tak begitu yakin dengan hasil akhirnya sebab politik Afghanistan lebih didominasi tradisi melalui kesepakatan 'di balik ruangan' atau melalui kesepakatan jejaring hubungan kekerabatan yang rumit.

Meski kehadiran Karzai menjadi titik balik pemerintahan Afghanistan, namun para calon penggantinya dinilai tak banyak memberi ide segar. Ketiga calon berasal dan muncul sejak Karzai berkuasa sehingga memiliki pandangan yang relatif sama.

''Satu-satunya hal positif dari pemilu ini adalah keselamatan eksistensi Afghanistan. Sebab itu dibutuhkan transfer kekuasaan,'' kata pakar Studi Asia Selatan Lembaga Donasi Carnegie untuk Program Perdamaian Internasional, Sarah Chayes, Jumat (4/4).

sumber : AP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement