Selasa 16 Dec 2014 11:05 WIB

Tiga Orang Tewas dalam Akhir Drama Penyanderaan di Sydney

 Sejumlah polisi bersenjata lengkap mengamankan seorang wanita yang berhasil melarikan diri dari penyanderaan di sebuah kafe di Sydney, Senin (15/12). (AP/Rob Griffith)
Sejumlah polisi bersenjata lengkap mengamankan seorang wanita yang berhasil melarikan diri dari penyanderaan di sebuah kafe di Sydney, Senin (15/12). (AP/Rob Griffith)

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY-- Drama penyanderaan di Sydney, Australia, berakhir dengan tragedi pada Selasa dini hari; tiga orang tewas --termasuk penyandera tunggal dalam peristiwa itu-- saat polisi menyerbu kafe tempat penyanderaan berlangsung.

Kilatan cahaya dan suara tembakan bergema dari bangunan tersebut hanya beberapa saat setelah enam sandera menyelamatkan diri dari penyandera, Sheikh Man Haron Monis, beberapa detik setelah pukul 02.00 waktu setempat.

"Tembakan dilepaskan selama bentrokan. Akibatnya ialah pria yang berusia 50 tahun dinyatakan tewas setelah dibawa ke rumah sakit. Seorang pria lagi, yang berumur 34 tahun, dan seorang perempuan (38) dinyatakan meninggal setelah dibawa ke rumah sakit," kata pernyataan polisi.

Empat orang kini dirawat di rumah sakit termasuk seorang perempuan yang berumur 40-an tahun, yang menderita luka tembak serius tapi berada dalam keadaan stabil, seorang polisi yang terserempet peluru di pipinya dan seorang perempuan, yang mengalami gangguan punggung.

 

Tak lama setelah pukul 02.15 waktu setempat, polisi dengan paksa memasuki bangunan itu dengan menggunakan granat cahaya dan melepaskan tembakan, kata Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.

Baku-tembak meletus dengan tiga suara ledakan, dan tembakan pertama memungkinkan empat orang meninggalkan bangunan tersebut. Pria bersenjata itu, Haron, dikenal oleh polisi sebagai orang yang mengangkat dirinya sebagai tokoh dari Negara Islam dan menghadapi hukuman dengan jaminan dalam kasus pembunuhan.

Haron juga menghadapi tuntutan pada tahun ini karena menyerang seorang perempuan pada 2002. Pada Oktober ia bahkan menghadapi 40 dakwaan. Pria tersebut, yang berasal dari Iran dan kini tinggal di bagian baratdaya Sydney, sebelumnya telah mengirim surat yang bernada keras kepada keluarga tentara Australia yang tewas, dan menyebut mereka pembunuh.

Dengan bersenjatakan senapan dan membawa bendera yang berkaitan dengan kelompok fanatik, Haron menyerbu kafetaria itu pada Senin pagi. Para sandera digunakan sebagai tameng manusia, dipaksa untuk berdiri di jendela dan memegang bendera yang berwarna hitam dan putih.

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement