Kamis 19 Mar 2015 07:11 WIB

Israel Tetapkan Blokade Laut, Nelayan Gaza Nelangsa

Rep: c 23/ Red: Indah Wulandari
Nelayan Gaza akhirnya bisa melaut kembali usai 50 hari serangan militer Israel ke Gaza, Palestina.
Foto: Reuters
Nelayan Gaza akhirnya bisa melaut kembali usai 50 hari serangan militer Israel ke Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID,GAZA -- Abu Mohammad el-Hissi (70 tahun) telah menghabiskan seluruh hidupnya di kapal ikan, hingga ia ditunjuk menjadi Kepala Masyarakat Nelayan Palestina yang berbasis di Gaza.

El-Hissi menceritakan, sejak delapan tahun bolkade Israel-Mesir-Gaza, warga Palestina tidak lagi bisa hidup layak dan berkecukupan. 

“Pekerjaan ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga,” kata el-Hissi, seperti dikutip Aljazirah, Kamis (19/3).

Berhasil atau tidaknya nelayan mendapatkan tangkapan ikan, untuk operasiona kapal, tetap dibutuhkan sekitar 800 liter bahan bakar. Terkadang tangkapan mereka tidak mencukupi untuk sekadar menutupi biaya operasional.

Meskipun Israel setuju untuk menghormati zona perikanan Palestina enam mil dari batas laut sejak 26 Agustus, yang bertepatan dengan perjanjian gencatan senjata yang mengakhiri perang selama 51 hari musim panas lalu, nelayan dan aktivis hak azasi manusia menuding Israel melanggar kesepakatan tersebut.

Juru bicara militer Israel mengatakan luas ruang yang diberikan pada nelayan Palestina ditentukan oleh faktor ancaman kemanan seperti pengiriman senjata oleh mereka menuju Gaza.

“Baru minggu lalu kami berhasil menggagalkan kiriman bahan-bahan menuju Gaza yang memungkinkan Hamas membuat lebih banyak roket,” kata juru bicara militer tersebut. Menurutnya, blokade laut sah dan diperlukan untuk menjaga keamanan Israel.

Namun menurut perjanjian Oslo 1993 yang disepakati Israel-Palestina, nelayan seharusnya atau setidaknya diberikan 20 mil untuk  zona perikanan mereka.

“Israel terus mengikis zona perikanan dalam beberapa tahun terakhir, terutama setelah operasi militer di Gaza ,” kata Sarit Michaeli, ketua kelompok hak azasi manusia Israel B’Tselem.

Selain itu, kata Michaeli, dampak yang paling utama adalah hilangnya mata pencarian nelayan Palestina.

“Jika di satu sisi Israel berbuat seperti itu karena alasan keamanan, nelayan Palestina harus diberikan alternatif untuk melaut,” kata Michaeli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement