Jumat 03 Jul 2015 10:23 WIB

Tunisia Buru Tersangka Penyerangan Hotel yang Dilatih Libya

Jendela di hotel Imperiale Marhaba berlubang akibat tembakan senjata yang diarahkan ke penghuni hotel di Sousse, Tunisia, Jumat (26/6).
Foto: Reuters
Jendela di hotel Imperiale Marhaba berlubang akibat tembakan senjata yang diarahkan ke penghuni hotel di Sousse, Tunisia, Jumat (26/6).

REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Pihak berwenang Tunisia memburu tersangka lain dalam penyerangan hotel Sousse yang dikenali merupakan bagian dari sebuah kelompok yang dilatih di sebuah kamp di Libya bersama kelompok bersenjata yang melakukan serangan di sebuah museum di Tunis.

Sebanyak 38 warga asing, sebagian besar wisatawan Inggris, tewas dalam serangan pada Jumat itu sebelum si penyerang ditembak polisi. Pada Maret, dua lelaki bersenjata menewaskan 21 orang di museum Tunis Bardo, sebelum mereka juga ditembak.

Pihak berwajib mengatakan para tersangka dalam kedua serangan itu dilatih taktik militer melintasi perbatasan di Libya, tempat beberapa kelompok bersenjata diuntungkan oleh kekacauan politik negara tersebut untuk memperluas pengaruhnya serta membangun markas.

"Ini adalah sebuah kelompok yang dilatih di Libya, dan memiliki tujuan sama. Dua pelaku serangan di museum Bardo dan satu pelaku penyerangan di Sousse," kata Lazhar Akremi, menteri hubungan parlemen dilansir Reuters Jumat (3/7).

"Polisi tengah memburu dua lagi tersangka."

Ia mengatakan sebanyak 12 orang sudah ditahan sejak terjadinya serangan itu pada Jumat, yang merupakan serangan terburuk dalam sejarah modern negara Afrika Utara itu. Empat tersangka sudah dibebaskan.

Militan Negara Islam yang menguasai sebagian besar wilayah Irak dan Suriah, mengaku bertanggung jawab atas serangan di Tunisia itu. Namun, pihak berwajib mengatakan pelaku penembakan tidak ada dalam daftar pemantauan polisi.

Empat tahun setelah kebangkitan dunia Arab melawan Zine El-Abidine Ben Ali, Tunisia muncul sebagai model perubahan demokratis yang damai. Namun, negara tersebut juga tengah berjuang menghadapi munculnya kelompok Islam ultra-konservatif, beberapa di antaranya menggunakan kekerasan.

Pihak berwenang menuding kelompok setempat Okba Ibn Nafaa, yang di masa lalu lebih terkait dengan al Qaeda, bertanggung jawab atas serangan Bardo. Namun, kelompok Negara Islam juga menginspirasi serangan "Lone Wolf" dan menarik banyak pejuang muda untuk memisahkan diri dari kelompok Afrika Utara lain.

Lebih dari 3 ribu warga Tunisia pergi untuk bergabung bersama Negara Islam dan kelompok-kelompok lain di Irak, Suriah dan Libya, tempat konflik antara dua pemerintahan yang berseteru memungkinkan kelompok militan memperoleh tempat.

Otoritas Tunisia mengatakan para penyerang Sousse dan museum Bardo mendapatkan latihan militer akhir tahun lalu di sebuah kamp di perbatasan Libya selatan.

Lelaki bersenjata yang menyerang Bardo dan Sousse juga diradikalisasi, baik di masjid-masjid setempat, ataupun melalui kontak secara dalam talian, kata pihak berwajib.

Ketiga penyerang itu merahasiakan keyakinan kekerasan mereka dari keluarga dan teman. Untuk menghadapi rekrutmen militan setelah serangan Sousse, otoritas Tunisia mengatakan mereka menutup 80 masjid ilegal atau diketahui telah digunakan oleh imam-imam radikal untuk menyebarkan pesan-pesan garis keras.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement