Azziz memiliki cerita yang sama. Menurutnya semua orang kini menganggap Muslim sebagai teroris. Warga menurutnya melihat Muslim dengan pandangan aneh di jalan.
"Mereka gelisah dan memalingkan wajah. Saya merasa mereka takut dengan kami. Mereka pikir kami bisa melakukan hal yang sama, hanya karena kami terlihat seperti orang Arab dan Muslim," ujar Azziz.
Komentar dari remaja yang lebih tua bahkan telah mencerminkan isu-isu yang lebih komplek. Omar (17 tahun) berkomentar terkait serangan Paris dan respon pemerintah Prancis menyerang Suriah.
"Pemerintah Prancis tak menghormati kami. Mereka melihat kami sebagai imigran, seperti sampah, tak berguna. Para teroris salah membunuh, tapi pemerintah juga mulai membom Suriah. Anda tak bisa melakukan itu! Terbang di atas negara orang dan menjatuhkan bom," ujarnya.
Ousmane (17 tahun) lain lagi. Menurutnya Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sengaja memanfaatkan kebencian orang dan memupuk perasaan itu. "Mereka mengeksploitasi rasisme di Prancis. Memanfaatkan perpecahan dan Islamophobia," kata Ousmane.
Annisa (19 tahun) mengatakan, para teroris tak mewakili Islam. Mereka bahkan menurutnya tak memiliki agama. Satu-satunya agama yang dimiliki teroris kata Annisa, adalah teror.
"Mereka mengutip Alquran dan mengambil ayat tentang perang di luar konteks. Mereka lupa ayat-ayat yang mempromosikan toleransi. Semua yang saya tahu tentang toleransi telah ditanamkan dalam diri saya oleh Alquran," ujar Annisa.