Rabu 06 Jan 2016 12:44 WIB

Tiga Teori di Balik Konflik Saudi-Iran?

Sejumlah ulama Syiah berunjuk rasa memprotes eksekusi yang dilakukan Arab Saudi terhadap sejumlah orang, salah satunya ulama Syiah, di Karachi, Sabtu (2/1).
Foto:
Penguasa Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud.

Setelah Raja Salman memimpin pada Januari 2015, Saudi semakin gencar memainkan politik luar negeri. Raja Salman berdiskusi langsung dengan negara-negara Suni di kawasan, termasuk Turki dan Qatar. Raja dikabarkan juga merangkul kelompok Ikhwanul Muslimin.

Saudi mengeluarkan isu tentang ancaman Syiah Iran di kawasan. Apalagi, Iran berhasil mencapai kesepakatan nuklir dengan enam negara berpengaruh di dunia, yakni AS, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, dan Jerman.

Saudi juga melihat ancaman Iran di Yaman ataupun Suriah yang mayoritas penduduknya Suni. Saudi menilai, Iran berada di balik pemberontak Houthi di Yaman. Saudi juga menuding Iran mendukung penuh rezim Presiden Bashar al-Assad di Suriah.    

Karena itu, ketegangan pascaeksekusi ulama Syiah Nimr diyakini merupakan buntut dari beragam persoalan sebelumnya yang berbau sektarian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement