"Siapapun yang namanya tak ada dalam daftar tak dapat menyeberangi pos pemeriksaan dan dipaksa mengambil rute panjang, memutar yang sulit, untuk sampai rumah," ujar pernytaan B'Tselem.
Pembatasan di Jalan Shuhada bukan kali ini saja. Pada 1994, setelah penandatanganan Perjanjian Oslo, militer menutup bisnis dan toko-toko di sepanjang Jalan Shuhada. Satu dekade kemudian, pada akhir Intifada Kedua pada 2005, tentara menutup pabrik kaca dan kendaraan Palestina dilarang menggunakan jalan tersebut.
Ratusan orang terpaksa pindah. Mereka yang tetap tinggal di wilayah itu harus memasuki rumah melalui lorong-lorong.
"Warga Palestina dilarang melewati Jalan Shuhada. Mereka bahkan dilarang berjalan menyusuri bagian dari itu," kata juru bicara B'Tselem Sarit Michaeli.
Tapi meski dengan segala macam perubahan dan aturan ketat, politisi garis keras Israel mengatakan kehadiran tentara di sekitar Hebron belum cukup dan perlu ditingkatkan. Berbicara di Radio Angkatan Darat pada Senin (14/12) lalu, Naftali Bennett menyerukan 'Perisai Pertahanan' kedua. Ini mengacu pada Perisai Pertahanan pertama, yakni berupa operasi militer besar-besaran Israel di Tepi Barat pada 2002.