Senin 11 Jan 2016 17:26 WIB

Ini Sosok Pangeran di Balik Kebijakan Proaktif Saudi

 Mohammed bin Salman
Foto:
Ilustrasi Saudi vs Iran.

Pangeran Salman Abdulaziz merupakan pria kelahiran 1980. Dengan usianya yang baru kepala tiga, ia menjadi menteri pertahanan termuda di dunia. Pangeran Mohammed Salman merupakan putra Raja Salman dari istri ketiga. Pangeran Mohammed mendapat gelar sarjana di Universitas Raja Saudi.

Setelah menyelesaikan kuliah, ia sempat bekerja di perusahaan swasta sebelum ditunjuk ayahnya untuk menjadi pembantu dekat sang ayah.

Ia mulai memasuki politik pada 15 Desember 2009. Saat itu, ayahnya Salman menjabat sebagai gubernur provinsi Riyadh. Mohammed kemudian mulai menduduki sejumlah jabatan, seperti sekretaris jenderal Dewan Kompetitif Riyadh sampai kepala badan King Abdul untuk penelitan dan pengumpulan data.

Pada 2011, Pangeran Mahkota wafat. Pangeran Salman kemudian naik menjadi Wakil Putra Mahkota yang juga Menteri Pertahanan pada November 2011. Ia pun membawa putranya, Mohammed Salman, sebagai penasihat pribadi.

Pada Juni 2012, putra Mahkota Pangeran Nayef meninggal. Pangeran Salman pun menjadi orang nomor dua di takhta kekuasaan. Mohammed Salman mendapat posisi penting di kabinet.

Pada 23 Januari 2015, Raja Saudi Abdullah wafat. Raja Salman naik takhta dan Mohammed memperoleh posisinya sebagai menteri pertahanan. Kini, ia menjadi salah satu orang paling penting di Saudi. Ia menjadi penasihat utama ayahnya, Raja Salman, dalam bidang pertahanan dan keamanan.  

Pascanaiknya Raja Salman, kebijakan luar negeri Saudi lebih proaktif di kawasan. Saudi membangun koalisi Aliansi Militer Islam, menggalang koalisi anti-Houthi di Yaman dan mengumpulkan oposisi Suriah. Saudi juga dengan secara tegas menentang intervensi Syiah Iran di kawasan.

Riyadh bahkan memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Teheran setelah kedutaan Saudi di Iran dirusak demonstran pendukung ulama Syiah Nimr al-Nimr. 

Baca juga, Iran: Ada Dua Pilihan Buat Arab Saudi.

Saudi terlebih dahulu mengeksekusi Nimr al-Nimr karena dianggap bersalah dalam kasus terorisme. Sampai saat ini, hubungan kedua negara masih bersitegang. Perang kata-kata pun masih berlanjut. Dalam satu pernyataannya, Mohammed Salman mengatakan, tidak berniat untuk perang langsung dengan Iran.

sumber : Independent/Susris
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement