Aung San Suu Kyi ditempatkan di bawah tahanan rumah pada 20 Juli 1989 di Yangoon, di bawah hukum yang memungkinkan penahanan tanpa tuduhan atau pengadilan selama tiga tahun.
Pemilu 1990 dimenangkan Liga Nasional Demokrasi (NLD) yang mengambil 392 dari 492 kursi. Namun junta militer menolak mengakui hasil dan memerintah negara sebagai Dewan Perdamaian dan Pembangunan Negara sampai 2011.
Pada 10 Juli 1995, Suu Kyi dibebaskan dari tahanan rumah. Ia ditempatkan di bawah tahanan rumah lagi pada 23 September 2000 setelah melanjutkan aktivitasnya untuk demokrasi di Burma. Setelah 19 bulan, ia dibebaskan pada 6 Mei 2002.
Namun penahanannya tidak berhenti, junta memberikan penahanan rumah seenaknya terhadap perempuan yang memiliki dua orang anak itu. Suu Kyi benar-benar bebas pada Nvember 2010.
Pada April 2012, ia dan partai NLD memenangkan 43 dari 45 kursi dan sepekan kemudia ia menjadi pemimpin oposisi. Setelah berhasil membuat jalan ke dalam parlemen, Suu Kyi memulai perjalanan yang lebih luas di luar negeri untuk pemerintahan demokrasi negaranya. Ia juga dikritik karena tidak berbicara jelas terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan terhadap Rohingya.
Pada 2015, partai Aung San Suu Kyi NLD memenangkan mayoritas besar kursi dalam pemilihan umum.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
