Sabtu 17 Sep 2016 05:30 WIB

Sejarah Hari Ini: Pembantaian Warga Palestina di Kamp Pengungsian Beirut

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Monumen pembantaian warga Palestina di kamp pengungsian Beirut di Sabra, Beirut Selatan.
Foto:
Yordania dilanda perang sipil pada 17 September 1970.

Tentara Yordania melakukan serangan pada gerilyawan Palestina yang ada di seluruh kota pada 17 September 1970. Hal itu menyebabkan pertempuran antara kedua belah pihak.

Jenderal utusan Raja Hussein memerintahkan penjagaan tank di Ibu Kota Amman, dan penggunaan artileri dan roket untuk menghalau bom mortir. Kota Zerka juga menjadi lokasi pertempuran sengit.

Radio Amman menyatakan tentara Yordania menguasai tiga perempat ibu kota. Sementara media Palestina mengatakan gerilyawan mereka telah menguasai seluruh kota, tempat 70 persen penduduk Palestina tinggal.

Saat itu Bandara Amman dan perbatasan negara ditutup. Begitu juga dengan jaringan komunikasi.

Raja Hussein dilaporkan telah menyerbu markas Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Namun mereka tidak menemukan keberadaan pemimpin PLO, Yasser Arafat yang diyakini bersembunyi atas bantuan Suriah.

Dilansir dari BBC, setelah perang dengan Israel pada 1967, Yordania kehilangan Sungai Yordania di Tepi Barat. Ribuan warga Palestina melarikan diri ke Yordania, membuat populasi penduduk Yordania membengkak menjadi dua juta jiwa.

PLO kemudian melancarkan serangan terhadap Israel dan ingin membalaskan dendam atas warga Yordania yang tewas dan terbunuh. Militan Palestina bahkan membajak pesawat milik negara Barat dan mendaratkannya di Yordania.

Pembajakan itu yang membuat Raja Hussein merasa harus menindak para gerilyawan Palestina. Menurutnya, pembajakan itu mempermalukan dunia Arab.

Jika para gerilyawan Palestina tidak menghormati perjanjian genjatan senjata, maka Yordania akan memberikan konsekuensi. Ia menegaskan, setiap hari Yordania semakin tenggelam sehingga harus ada damai atau perang.

Sejak itu, Palestina marah atas keterlibatan Raja Hussein atas hal itu. Raja Hussein dinilai ikut campur dalam urusan Israel yang dibekingi oleh Amerika Serikat.

Selanjutnya: Vanessa Williams Jadi Miss Amerika Berkulit Hitam Pertama

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement