REPUBLIKA.CO.ID, Gempa bumi berkekuatan 6,2 skala richter mengguncang Managua, Nikaragua pada 23 Desember 1972. Dalam bencana alam itu, lebih dari 10 ribu orang tewas dan membuat 250 ribu lainnya kehilangan tempat tinggal.
Hampir 75 persen bangunan di Managua hancur. Gempa melanda seluruh wilayah Ibu Kota tersebut pada tengah malam waktu setempat.
Seluruh sambungan listrik, air, gas, dan saluran telepon terputus akibat gempa. Aliran limbah juga bocor dan kebakaran banyak terjadi di berbagai bangunan.
Dari sebuah penelitian pascagempa, ditemukan fakta bahwa kekuatan guncangan sebenarnya relatif kecil. Namun, konstruksi bangunan yang buruk menyebabkan kehancuran kota dan korban berjatuhan.
Banyak orang yang juga terperangkap di bawah reruntuhan bangunan. Saat itu, Presiden Anastasio Somoza meminta evakuasi dilakukan secara menyeluruh di dalam kota.
Kondisi saat itu diperburuk dengan tidak tersedia pasokan makanan. Sebanyak empat rumah sakit di Managua hancur, sehingga sulit memberikan pengobatan kepada ribuan orang yang terluka.
Setelah beberapa pekan terjadinya gempa, hampir setengah penduduk kota menjadi tunawisma. Sebagian besar bangunan di kota itu tidak pernah dibersihkan dengan rapi dan kemungkinan masih ada jenazah korban yang tertimbun di bawah reruntuhan.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
