Rabu 08 Feb 2017 22:29 WIB

Seorang Istri Tinggalkan Sang Suami karena Memilih Trump

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Donald Trump.
Foto: AP Photo/Pablo Martinez Monsivais
Presiden AS Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, SACRAMENTO -- Seorang perempuan di California, Amerika Serikat (AS), Gayle McCormick mengakui dirinya telah membuat keputusan yang mengejutkan.  Ia memilih untuk meninggalkan sang suami setelah mengetahui  pasangannya itu memilih Donald Trump sebagai presiden dalam pemilu 8 November 2016 lalu.

Perempuan berusia 73 tahun itu mengatakan sangat terkejut saat suaminya mengatakan telah memilih Trump, yang secara resmi menjadi Presiden AS pada 20 Januari lalu. Ia merasa telah dikhianati dan tidak dihargai sebagai seorang istri.

Menurut Gayle, ia adalah seorang yang memiliki pemahaman politik untuk mendukung Partai Demokrat. Sang suami yang dinikahinya selama 22 tahun itu pun mengetahuinya dengan baik.  

"Saat ia mengakui bahwa telah memberikan suaranya untuk Trump, aku merasa ada suatu jurang pemisah yang besar di antara kami," ujar Gayle seperti dilansir Standard, Kamis (8/11).

Ia juga merasa telah menipu dirinya selama berpuluh tahun lamanya. Untuk kali ini, Gayle merasa tak bisa menerima perbedaan dalam pandangan hidup dan berbagi bersama orang yang tak sejalan dengannya. 

"Saya merasa seperti telah menipu diri sendiri dan sadar selama ini selalu menerima apa yang sebenarnya tak diinginkan begitu banyak," jelas Gayle.

Menurut sebuah jajak pendapat yang dilakukan Reuters, pemilu AS pada 8 November 2016 lalu menjadi salah satu pesta demokrasi terburuk di Negeri Paman Sam. Dua kandidat yang berasal dari Partai Demokrat dan Partai Republik memiliki pandangan begitu berbeda, serta membuat jurang pemisah antara masing-masing pendukung.

Tercatat, permusuhan antara keluarga dan teman-teman karena isu politik di negara itu meluas di seluruh AS. Jajak pendapat yang dilakukan terhadap sekitar 6000 orang antara 27 desember 2016 hingga 18 Januari lalu menunjukkan bahwa 39 persen di antara orang-orang di negara itu berselisih paham.

Bahkan, 16 persen di antara mereka memilih untuk tidak berbicara terhadap sesama anggota keluarga mereka karena alasan perbedaan pendapat. Termasuk dengan hasil pemilu yang menyatakan Trump sebagai pemenang dari Partai Republik.

Baca juga,  Tanggapan Muslim AS Atas Kemenangan Trump.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement