Jumat 17 Feb 2017 14:06 WIB

Prancis: Posisi AS dalam Konflik Israel-Palestina Membingungkan

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Agus Yulianto
Menteri Luar Negeri baru Prancis Jean-Marck Ayrault.
Foto: reuters
Menteri Luar Negeri baru Prancis Jean-Marck Ayrault.

REPUBLIKA.CO.ID, BONN -- Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Marc Ayrault mengatakan, posisi Amerika Serikat (AS) dalam konflik Israel-Palestina membingungkan dan mengkhawatirkan. Presiden Donald Trump telah mengingkari komitmen AS untuk mendukung solusi dua negara.

"Saya menemukan ada sedikit presisi (dalam kebijakan luar negeri AS) dan saya menemukan berkas Israel-Palestina itu sangat membingungkan dan mengkhawatirkan," kata Ayrault, di Bonn, Jerman, Kamis (16/2).

Ayrault mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson pada pertemuan G20. Menurutnya, dia mendapat beberapa kepastian tentang sikap Washington terhadap Rusia, tapi hanya mendapat sedikit penjelasan terkait Timur Tengah.

"Saya ingin mengingatkan, setelah pertemuan antara Donald Trump dan (Perdana Menteri Israel) Netanyahu, dalam pandangan Prancis tidak ada pilihan lain selain perspektif solusi dua-negara dan pilihan lain yang disampaikan Tillerson tidak realistis, adil, atau seimbang," ungkapnya.

Ayrault tidak mengemukakan pilihan apa yang diusulkan Tillerson. Pada konferensi pers bersama dengan Netanyahu di Washington pada Rabu (15/2), Trump mengatakan, "Solusi dua negara atau satu negara, saya lebih suka jika kedua belah pihak menyetujuinya."

Sedangkan terkait Rusia, Ayrault mengatakan, ia senang mendengar penjelasan Tillerson. Tillerson mengatakan, sanksi terhadap Rusia terkait Ukraina hanya akan dicabut jika ada kemajuan dalam kesepakatan Minsk untuk mengakhiri pertempuran di Ukraina timur.

Meski demikian, Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, bersikeras kebijakan AS terhadap konflik Israel-Palestina tidak akan berubah. Menurutnya, Washington tetap memberikan dukungan penuh bagi solusi dua-negara.

"Pertama-tama, solusi dua-negara adalah hal yang akan kita dukung. Siapa saja yang mengatakan Amerika Serikat tidak mendukung solusi dua negara - pasti menyampaikan kesalahan," katanya kepada wartawan di markas PBB di New York, dikutip The Guardian.

Pernyataan itu diberikan 24 jam setelah Trump mengingkari komitmen AS. Dua pernyataan bertentangan yang dikeluarkan pemerintah AS mencerminkan kekacauan kepemimpinan Trump.

"Kami benar-benar mendukung solusi dua negara, tapi kami berpikir di luar kotak juga," ungkap Haley menanggapi pernyataan Trump.

Kekacauan pemerintahan AS diperparah setelah penasihat keamanan nasional, Michael Flynn, terpaksa mengundurkan diri karena telah melakukan kontak dengan Rusia. Setelah itu faksi-faksi di dalam Gedung Putih terus bersaing untuk mendominasi.

Kebingungan lainnya yang diberikan Trump adalah ketika ia meminta agar Israel menahan laju pembangunan pemukiman ilegal di Tepi Barat dalam pertemuannya dengan Netanyahu. Di sisi lain, ia justru mencalonkan David Friedman, seorang pendukung permukiman Israel di Palestina, untuk menjadi Duta Besar AS di Israel.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement