Petani terisolasi berhari-hari akibat banjir
Banyak petani sayur di distrik Bowen telah terisolasi selama berhari-hari sejak Topan Debbie menerjang pada Selasa (28/3). Petani paprika, Carl Walker, dari Asosiasi Petani Gumlu Bown, terkena banjir selama tiga hari di peternakan Bowen miliknya.
Jurnalis ABC terbang menemuinya dengan helikopter pada Kamis (30/3) dan memotret kehancuran pada tanaman paprika dan gudang yang dimilikinya. Walker mengatakan, ia pertama kali tahu gudangnya telah rusak ketika ia mendengar ledakan besar.
"Kami mendengar semacam ledakan besar dari dinding belakang ... memicu reaksi berantai yang menghancurkannya (gudang)," tutur Walker.
Semua bibit paprika di pertanian-nya telah hancur. Walker mengatakan, ia memperkirakan kerugian yang dialaminya mencapai satu juta dolar AS (atau setara Rp 10 miliar). "Dan saya hanya seorang petani kecil, kami punya industri senilai 450 juta dolar AS (atau setara Rp 4,5 triliun) di sini," sebutnya.
"Ini adalah ladang sayur musim dingin terbesar di Australia, jadi ketika kami terpengaruh - semua wilayah Australia terpengaruh," ujar Walker.
Leanne Born, yang menanam tomat di Bowen, kehilangan sekitar 16 hektare panen pertamanya pada musim ini. Lahan seluas 19 hektare lainnya di dekat Sungai Don, yang belum ditanami, juga benar-benar digenangi banjir.
Ia mengatakan, perbaikan di tepi sungai sangat dibutuhkan. "Dari peristiwa ini, air masuk ke rumah-rumah dan gudang di mana belum pernah terjadi sebelumnya," jelas Leanne.
"Perlu ada bantuan dari tingkat negara bagian dan federal untuk memperbaiki tepi Sungai Don benar [dan] membangun dinding batu, dan lebih banyak pekerjaan perlu dilakukan di sungai itu untuk memungkinkannya mengalir demi mencegah kerusakan berlanjut terhadap lahan pertanian yang berharga,” utaranya.
Di sisi barat Bowen, petani kebun manga bernama Ben Martin meratapi sekitar 80-90 persen dari 12.500 pohon mangganya. Ben Martin menanam mangga di sisi barat Bowen dan sekitar 80-90 persen dari 12.500 pohonnya rusak.
Ia mengatakan, setidaknya setengah dari mereka rusak berat akibat angin kencang. "Mangga sedikit berbeda dari tanaman kecil lainnya ... tanaman ini akan memakan waktu tiga sampai lima tahun untuk kembali ke kondisi semula dan biayanya jutaan dolar," jelasnya.
Ben mengatakan, belum jelas seberapa parah petani lokal lainnya terdampak badai karena adanya kesulitan komunikasi, tapi setidaknya dua petani lainnya berada dalam kondisi yang lebih baik ketimbang dirinya.
Simak berita ini dalam bahasa Inggris di sini.
Diterbitkan: 17:45 WIB 31/03/2017 oleh Nurina Savitri.