REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Krisis perdamaian di negara-negara Islam di kawasan Timur Tengah, khususnya ketegangan antara Arab Saudi, yang memutus hubungan dengan Qatar, telah mengundang keprihatinan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Ketua Dewan Pertimbangan MUI Prof Din Syamsuddin mengatakan, ketegangan antara sesama negara Islam tersebut, tak terlepas dari adanya kemungkinan adu domba yang dilakukan oleh negara berkuasa.
"Ini memang tak terlepas dari adanya adu domba atau Proxy War. Skenario proxy war ini juga didorong oleh pola hubungan dengan negara-negara Arab dalam beberapa tahun terakhir," kata mantan ketum Muhammadiyah tersebut.
Hal senada juga disampaikan Ketua Dewan Penasihat Lembaga Bantuan Hukum PBNU Moh Mahfud MD. Menurut dia, jika ketegangan tersebut tidak segera diredam, maka akan berdampak pada umat Islam di seluruh dunia.
"Yang bahaya pada kita sebenarnya perpecahan jika tidak dari sekarang kita matikan dengan air. Jadi dunia Islam harus menyadari sedang ada adu domba. Di mana pengadu domba ini mencari keuntungan negaranya sendiri. Tidak salah jika dalam hal ini yang mendapat keuntungan adalah Amerika, Donald Trump," ucap Mahfudz.
Sementara Ketua Umum Al Irsyad Abdullah Djaidi berharap, agar semua pihak khususnya negara-negara Islam, termasuk Indonesia untuk menfasilitasi dialog atau tabayun atas adanya kemungkinan adu domba tersebut. Apalagi, kata dia, negara Timur Tengah ini memiliki kekayaan yang strategis.
"Mengharapkan ke pemerintah khususnya Kemenlu agar dapat menfasilitasi melakukan upaya-upaya terlaksananya dialog antara Arab Saudi dan Qatar ini. Karena ini masalah kepentingan umat Islam, bukan hanya sekedar kepentingan Arab," kata Abdullah.