REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Juru bicara Kementerian Luar Negeri Geng Shuang menolak kritik penanganan Cina terhadap aktivis Liu Xiaobo yang menghadapi ajalnya pada Kamis (13/7) waktu setempat. Ia menegaskan dokter telah melakukan upaya maksimal dalam merawat Liu.
“Cina adalah negara yang berada di bawah peraturan hukum. Penanganan kasus Liu Xiaobo termasuk dalam urusan dalam negeri Cina, dan negara-negara asing tidak dalam posisi untuk membuat komentar yang tidak benar,” kata Geng menurut kantor berita resmi Xinhua, dikutip AFP, Jumat (14/7).
Ucapan tersebut muncul setelah Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson menyerang Cina karena mencegah Liu bepergian ke luar negeri untuk perawatan kesehatannya. Sementara Jerman menyuarakan penyesalan bahwa Beijing mengabaikan tawarannya untuk menampung Liu Xiaobo.
Liu dipenjara pada 2008 setelah menulis sebuah petisi yang menyuarakan reformasi demokratis menentang sistem satu partai Cina. Setahun kemudian dia dijatuhi hukuman 11 tahun penjara karena didakwa melakukan subversi.
Liu menjadi peraih Nobel Perdamaian pertama yang meninggal dalam tahanan sejak aktivis jerman Carl von Ossietzky pada 1938 yang telah ditahan oleh Nazi. Tahanan politik Cina itu bahkan harus diwakilkan saat upacara penganugerahan Nobel di Oslo pada tahun 2010. Komite Nobel mengatakan pada Kamis bahwa Cina harus bertanggung jawab atas kematiannya yang terlalu dini.
Namun sebagai tanda kepercayaan Cina yang semakin meningkat, surat kabar Global Times yang dikendalikan negara menuliskan sebuah editorial berbahasa Inggris bahwa “Barat telah menganugerahkan Liu sebuah halo atau lingkaran cahaya, yang tidak akan bertahan lama.”
Pemerintah berusaha bertahun-tahun menghapus informasi tentang Liu dan pencarian atas kematiannya tidak muncul di Baidu, mesin pencari seperti Google di Cina.