Senin 11 Dec 2017 04:02 WIB

Beatrice Fihn Menerima Hadiah Nobel Perdamaian

Rep: Farah Nabila/ Red: Endro Yuwanto
Reaktor nuklir yang mengkhawatirkan warga Jerman di dekat perbatasan Belgia
Foto: AFP
Reaktor nuklir yang mengkhawatirkan warga Jerman di dekat perbatasan Belgia

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Beatrice Fihn, pemimpin International Campaign to Abolish Nuclear Weapons (ICAN) atau Kelompok Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir, menerima hadiah Nobel Perdamaian pada Ahad (10/12). Pada awalnya, ia mencurigai adanya lelucon saat menerima informasi itu melalui telepon, 6 Oktober 2017 lalu.

Pemberian Nobel Perdamaian itu ditujukan pada ICAN, kelompok yang memiliki tujuan yang dinilai fantastis. Fihn dan timnya mendirikan ICAN pada 10 tahun lalu dengan misi penghilangan penuh sekitar 15 ribu hulu ledak nuklir di dunia.

ICAN merupakan sebuah koalisi global dari 440 organisasi mitra di 98 negara. Fihn dan timnya merasa terhormat atas upaya untuk memajukan perjanjian mengenai larangan senjata nuklir yang berhasil diselesaikan oleh dua pertiga anggota 192 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada musim panas ini.

Perjanjian tersebut, yang akan melarang penggunaan senjata nuklir, produksi dan kepemilikan, sekarang terbuka untuk diratifikasi, dan akan menjadi hukum internasional setelah 50 negara menandatangani kontrak. Dikutip dari Time, negara-negara tersebut hampir pasti bukan yang termasuk anggota klub nuklir, seperti Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris, Prancis, Pakistan, India, dan Korea Utara.

Negara-negara bersenjata nuklir menentang perjanjian tersebut dengan alasan bahwa pencegahan nuklir telah membantu menjaga perdamaian antara negara-negara besar melalui era pascaperang. "Saya realistis bahwa senjata nuklir tidak akan dihapuskan dalam semalam," ujar Fihn.

Namun, kata Fihn, seperti perjanjian sebelumnya yang melarang soal senjata biologis dan ranjau darat, pada akhirnya amunisi semacam itu pun bisa dihapus. Ia pun yakin larangan senjata nuklir dapat membantu mengubah masyarakat melawan senjata pemusnah massal yang ia nilai mengerikan itu.

Fihn juga memiliki catatan mengenai Presiden Amerika Serikat Donald Trump. "Jika Anda merasa tidak nyaman dengan senjata nuklir di bawah Donald Trump, Anda mungkin memang tidak nyaman dengan senjata nuklir," katanya.

Fihn dan korban selamat Hiroshima, Setsuko Thurlow menerima Hadiah Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement