Hasina Begum mungkin masih beruntung karena masih bisa bersama dengan suami dan anaknya meskipun hidup di pengungsian. Hasina selamat dari ancaman militer Myanmar karena bersembunyi di dalam hutan selama sembilan hari.
Lalu ia dan keluarganya menyeberang ke perbatasan Bangladesh menggunakan perahu bersama para pengungsi Rohingya lain selama dua hari. Ditemui di hunian sementara yang dibangun organisasi kemanusiaan Indonesia, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Hasina tampak murung di sudut dapur.
Ada kisah yang belum bisa ia lupakan sampai saat ini. "Saya belum bisa tidur dengan tenang sampai sekarang," ujar Hasina dengan terbata-bata.
Hasina banyak menundukkan wajahnya dari balik kerudungnya yang berwarna hitam. Hasina mengenang malam mencekam bagaimana ia menyaksikan sendiri bibi dan anak perempuannya diperkosa lalu dibunuh.
Pasukan militer Myanmar dan penjaga keamanan sipil memorakporandakan rumah-rumah warga Rohingya. "Saya memanggil bibi saya untuk lari ke hutan," kata Hasina.
Sebelum bibi dan dua putrinya berhasil melarikan diri, tentara militer Myanmar menembaki mereka. "Saat tahu mereka belum tewas, para tentara memperkosa mereka. Setelah itu mereka dibunuh,"ujar Hasina, kemudian ia terdiam.
Air mata mengalir di pipinya. Tangisan Hasina tanpa suara. Matanya yang terlihat kosong terus mengarah ke arah lantai. "Saya tidak bisa melupakan kejadian itu," katanya pelan.