Selasa 16 Jan 2018 17:13 WIB

Dunia Pekerja Korut yang Tersembunyi di Rusia

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Kondisi pekerja Korea Utara di Rusia.
Foto: CNN
Kondisi pekerja Korea Utara di Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, ST PETERSBURG -- Di sebuah lokasi konstruksi yang kumuh dan berlumpur di pinggiran kota St Petersburg, Rusia, sekelompok pekerja asal Korea Utara (Korut) membangun sebuah blok apartemen. Mereka adalah sedikit dari sekitar 50 ribu warga Korut yang bekerja di Rusia.

CNN kemudian mendekati pekerja yang terlihat malu-malu di depan kamera. Mereka saat itu sedang makan siang di sebuah kantin yang di dindingnya ada gambar-gambar yang berhubungan dengan Korut.

 

Ketua Program Asia Pasifik di Carnegie Moscow Center, Alexander Gabuev mengatakan posisi sebagai buruh luar negeri sangat didambakan warga Korut. Hal itu karena para pekerja dapat menghidupi keluarga karena mereka akan mengirim upah yang lebih banyak ke Korut.

 

Rusia telah menegaskan uang yang diperoleh para pekerja itu akan digunakan membantu warga Korut bertahan dari kemiskinan. Namun para kritikus percaya, alasan mengapa Rusia terus mempekerjakan mereka adalah karena negara itu ingin Korut menghindari rezim pro-Barat.

 

photo
Pekerja Korea Utara sedang menikmati makan siang di kantin di lokasi konstruksi di Rusia. (CNN)

 

"Keruntuhan Korut yang tidak terkendali akan menyebabkan perang dan adanya arus pengungsi, serta pada akhirnya Korea yang bersatu akan kembali yang bersekutu dengan Amerika Serikat," kata Gabuev.

 

Moskow terlibat dalam aksi penyeimbangan yang rumit. Secara formal, Rusia mendukung sanksi internasional untuk menekan rezim Korut, tapi di sisi lain Rusia juga tetap menjaga Pyongyang.

 

Departemen Luar Negeri AS mengatakan, kondisi para pekerja migran Korut hampir sama seperti budak. Menurut seorang diplomat AS, hingga 80 persen pendapatan mereka akan dikirim kembali ke Pyongyang untuk membantu menopang rezim Kim Jong-un.

 

PBB telah menyatakan keprihatinannya atas pemanfaatan pendapatan pekerja ekspatriat Korut secara global yang mencapai 500 juta dolar AS per tahun. Dana itu sebagian besar digunakan untuk membantu mendanai program rudal dan nuklir Korut.

 

Menurut sebuah resolusi Dewan Keamanan PBB yang bertujuan membatasi ambisi nuklir Korut, negara-negara di dunia diperbolehkan mempekerjakan warga Korut sesuai kuota, tetapi tidak boleh mengeluarkan izin kerja baru.

 

Akan tetapi sanksi terbaru di bawah Resolusi 2397 menyatakan, semua pekerja Korut harus dikirim pulang paling lambat pada Desember 2019, untuk memotong sumber penghasilan penting Pyongyang. Namun, karena tidak jelas berapa banyak pekerja Korut yang saat ini berada di Rusia, para pengamat mengatakan tidak jelas juga apakah mereka semua akan pulang ke Korut.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement