Sabtu 03 Mar 2018 04:25 WIB

Inggris Harus Beri Kompensasi Anak yang Dikirim ke Australia

Kompensasi diberikan untuk ribuan anak yang dikirim ke Australia setelah PD II.

David Hill di pelabuhan Tilbury Essex, Inggris dimana dia ketika berusia 12 tahun meninggalkan Inggris menuju ke Australia.
Foto: Steve Cannane/ABC News
David Hill di pelabuhan Tilbury Essex, Inggris dimana dia ketika berusia 12 tahun meninggalkan Inggris menuju ke Australia.

REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Ribuan anak-anak yang dulu dengan paksa dikirim ke Australia dari Inggris setelah Perang Dunia ke-2 kemungkinan akan mendapat kompensasi atas penderitaan yang mereka alami. Sebuah penyelidikan independen yang dilakukan di Inggris berkenaan dengan kebijakan migrasi setelah perang tersebut menyimpulkan 'kebijakan secara fundamental keliru'.

Penyelidikan itu mendesak pemerintah Inggris memberikan kompensasi bagi anak-anak yang sekarang masih hidup, dalam waktu 12 bulan. Sekitar 4 ribu anak-anak dikirim ke Australia dan negara lain setelah tahun 1945.

Kebanyakan dari mereka adalah mereka yang berasal dari keluarga miskin atau yatim piatu, dan dijanjikan adanya kehidupan baru dimana 'ada lebih banyak domba dibandingkan manusia." Mereka dikirim oleh lembaga amal dan juga Gereja Katolik.

Bob Stevens as a boy at the Fairbridge Farm School
Bob Stevens ketika masih bersekolah di Fairbridge Farm School di NSW.

Clifford Walsh adalah salah seorang diantaranya ketika dia dikirim ke Australia Barat. Di tahun 1954 dia berusia sembilan tahun ketika tiba dengan kapal di Fremantle setelah melakukan perjalanan selama enam bulan.

Dia dikirim ke sebuah institusi Katolik yang dikenal dengan nama Bindoon Boys Town. "Kami tinggal di tempat itu yang jaraknya sekitar 90 km dari Perth." katanya kepada BBC.

"Kami tidak memiliki orang tua, tidak ada sanak saudara. Tidak tempat lain yang bisa kami kunjungi. Bagi pedofil yang ada di sini, ini seperti surga."

Penyelidikan Independen Mengenai Penganiayaan Seksual Terhadap Anak-anak tersebut menyebutkan bahwa pemerintah Inggris terus menerus gagal melindungi anak-anak tersebut dan mereka lebih perduli dengan kemungkinan merusak hubungan diplomatik dengan negara lain termasuk Australia dibandingkan berusaha melindungi anak-anak.

David Hill, mantan direktur pelaksana ABC dikirim ke New South Wales ketika berusia 12 tahun.

David Hill
David Hill, di tahun 1959 berusia 12 tahun dan dikirim ke Fairbridge Farm School di New South Wales. (Sumber: ABC News/Barbara Miller)

Dia mengatakan pada umumnya 'menyambut baik laporan tersebut' dan senang bahwa penyelidikan menerima bukti yang disampaikannya, dan juga anak-anak lain yang mengalami trauma seumur hidup atas apa yang terjadi dengan mereka.

"Tetapi ini kecil sekali nilainya bagi korban, kecuali pemerintah Inggris menerapkan rekomendasi segera untuk memberikan kompensasi seperti yang disarankan oleh penyelidikan." kata Hill.

Sekitar 2 ribu diantara mereka masih hidup, separuih dari jumlah anak-anak yang meninggalkan Inggris. Namun kebanyakan sekarang sudah dalam usia lanjut.

"Saya termasuk yang muda diantara para migran anak-anak tersebut." kata Hill.

"Saya sudah menjelaskan bahwa dalam masa 10 tahun setelah saya menulis buku tersebut yang berjudul The Forgotten Children - yang menjadi sebab kemudian adanya penyelidikan - 25 persen mereka yang dulu sama sekolah dengan saya sudah meninggal, dan sejak saya memberikan kesaksian, bertambah juga yang meninggal."

David Hill mengatakan dia yakin bahwa pemerintah Inggris akan bertindak cepat. "Mereka pasti tidak punya hati kalau tidak melakukan apapun karena bukti yang ada banyak sekali." kata David Hill.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/berita/anak-inggris-yang-dikirim-ke-australia-dapat-kompensasi/9503584
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement