Senin 24 Sep 2018 16:41 WIB

Parade Militer Diserang, Garda Iran Duga Mossad Terlibat

Setidaknya 12 personel Garda Revolusi Iran tewas.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Suasana pasca penyerangan bersenjata terhadap massa sipil dan militer pada acara parade militer peringatan Perang Iran-Irak di Ahvaz, Iran, Sabtu (22/9)
Foto:
Evakuasi korban penyerangan bersenjata terhadap massa sipil dan militer pada acara parade militer peringatan Perang Iran-Irak di Ahvaz, Iran, Sabtu (22/9)

Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Amerika Serikat dan Negara-negara Arab yang bertanggungjawab dibalik serangan ini. Tapi Duta besar Amerika di PBB Nikki Haley segera membantah tuduhan tersebut.

"Dia (Hassan Rouhani) punya rakyat yang memprotes, tapi tutup mata, dan membiarkan setiap sen uang masuk ke Iran dialihkan ke militernya. Dia telah menindas rakyatnya untuk waktu yang lama, dan dia perlu melihat rumahnya sendiri untuk mencari tahu dari mana asalnya (serangan di Ahvaz)," tegas Dubes Haley.

Perwira senior Garda Revolusi Iran mengatakan, militan yang melakukan serang dilatih oleh negara-negara Teluk dan Israel dengan dukungan dari AS. Tapi kemungkinan mereka melakukan serangan langsung ke AS atau Israel sangat kecil.

Garda Revolusi Iran dapat menunjukan kekuatan mereka dengan menembakan rudal ke kelompok oposisi yang beroperasi di Irak atau Suriah. Kelompok yang kemungkinan memiliki afiliasi dengan pelaku serangan.

Mereka juga akan memperketat keamanan di Provinsi Khuzestan. Menangkap kelompok oposisi yang menyatakan ingin berpisah dari Iran. Mereka juga dikabarkan telah menangkap banyak aktivis Hak Asasi Manusia di Ahvaz.

Rouhani sempat mendorong kerja sama dengan negara-negara Barat dengan kesepakatan Nuklir Iran pada 2015. Tapi akhirnya kesepakatan tersebut tidak ada artinya ketika Donald Trump menarik AS dari kesepakatan tersebut.

Penembakan parada militer ini diperkirakan akan membuat Garda Revolusi Iran memperkuat posisi mereka secara politis. Karena mereka tidak mendukung pendekatan Rouhani yang pragmatis terhadap program nuklir Iran. 

Pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani mengatakan, sanksi AS mempengaruhi ekonomi Iran. Menurut Giuliani, dampak ekonomi dapat menimbulkan revolusi baru di Iran. Tapi pemerintahan Trump menegaskan mengubah sistem pemerintah Iran bukan kebijakan AS saat ini.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan Trump bersedia untuk menemui pejabat tinggi Iran. Pompeo mengatakan bahkan Trump bersedia berbicara dengan Ayatollah Ali Khamenie, sebagai otoritas tertinggi di Iran saat ini.  "Presiden mengatakan ia akan berbicara dengan siapa pun jika kami bisa memiliki pembicaraan yang konstruktif," kata Pompeo.

Iran tidak memiliki hubungan yang mesra dengan negara-negara Arab. Kekuatan lain di Timur Tengah, Arab Saudi selalu berada dipihak yang berseberangan dengan Iran, seperti perang di Yaman dan Suriah serta kelompok politik di Irak dan Lebanon.

Uni Emirat Arab membantah terlibat dalam serangan parade militer di Ahzav. "Tuntutan formal melawan UEA dari Iran sangat disayangkan dan terus meningkat setelah serangan Ahvaz," kata Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash di akun Twitter miliknya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement