Ahad 30 Dec 2018 22:37 WIB

Trump Buka Suara Soal Kematian Anak Migran di Perbatasan

Trump menyalahkan Partai Demokrat atas meningkatnya imigran ilegal.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Donald Trump
Foto: Republika
Populasi imigran ilegal AS

Ayah Felipe, Agustin Gomez, mengatakan kepada seorang pejabat Guatemala bahwa bocah itu pertama kali menunjukkan tanda-tanda sakit pada Senin (24/12) pagi, di hari ia meninggal.

Terlepas dari klaim Trump bahwa Partai Demokrat bertanggung jawab atas kebijakan imigrasi yang menyedihkan, salah satu undang-undang yang disalahkan oleh pemerintahannya ditandatangani pada 2008 oleh Presiden George W. Bush, seorang Republikan. Undang-undang itu mencegah deportasi langsung anak-anak yang tidak didampingi dari negara-negara Amerika Tengah.

Partai Demokrat kemudian mengkritik cicitan Trump. “Jelas tidak ada yang terlalu rendah atau kejam untuk Anda. Harapan Tahun Baru: Demi negara kami, Anda bisa berhenti sekarang," kata Senator Mazie Hirono.

"Anda memfitnah ingatan Jakelin dan membuat trauma kembali keluarganya dengan menyebarkan kebohongan tentang mengapa dia meninggal," tambah Joaquin Castro dari Texas.

Menteri Keamanan Dalam Negeri AS Kirstjen Nielsen telah mengunjungi agen Patroli Perbatasan untuk bertemu pejabat medis di Yuma, Arizona, pada Sabtu (29/12). Ia berjanji akan memberlakukan pemeriksaan kesehatan yang lebih menyeluruh untuk anak-anak migran.

"Sistemnya jelas kewalahan dan kita harus bekerja sama untuk mengatasi krisis kemanusiaan ini," ujar Nielsen dalam sebuah pernyataan. Dia meminta Kongres untuk bertindak secepatnya.

Ia juga telah memberikan pengarahan di El Paso, Texas, pada Jumat (28/12) tentang pemeriksaan kesehatan sekunder. Nielsen memerintahkan pemeriksaan kesehatan awal migran yang lebih menyeluruh.

Ditangkap di perbatasan

Felipe dan Agustin Gomez ditangkap oleh agen perbatasan pada 18 Desember di dekat jembatan Paso del Norte yang menghubungkan El Paso dengan Juarez, Meksiko. Keduanya ditahan di pusat penahanan Patroli Perbatasan di El Paso, dan kemudian dibawa pada Ahad (23/12) sekitar pukul 13.00 ke fasilitas penahanan di Alamogordo, New Mexico, sejauh 145 kilometer.

Setelah seorang petugas memperhatikan batuk Felipe, ayah dan anak itu dibawa ke rumah sakit Alamogordo. Felipe didiagnosis dengan flu biasa dan mengalami demam 39,4 derajat Celsius.

Felipe diperiksa selama 90 menit sebelum diperbolehkan pulang dengan resep amoksilin dan ibuprofen. Namun anak itu kembali jatuh sakit beberapa jam kemudian dan dirawat di rumah sakit itu. Dia meninggal tepat sebelum tengah malam.

Otoritas New Mexico mengatakan pada Kamis (27/12) malam, otopsi menunjukkan Felipe terserang flu. Akan tetapi tes lebih lanjut perlu dilakukan sebelum penyebab kematian dapat ditentukan.

Komisaris CBP, Kevin McAleenan, mengatakan tidak ada anak yang meninggal dalam tahanan mereka dalam lebih dari satu dekade. Trump sebelumnya telah mengancam akan memotong bantuan untuk El Salvador, Guatemala, dan Honduras yang disebut wilayah Segitiga Utara Amerika. Dia telah membuat ancaman serupa di masa lalu tanpa menindaklanjutinya.

Pemerintah El Salvador menyatakan, pemotongan bantuan itu tidak cukup untuk membendung migrasi ke AS. Negara Amerika Tengah itu mengatakan telah membuat langkah-langkah dalam perbaikan ekonomi dan sosial untuk mencoba mencabut akar penyebab fenomena tersebut.

Sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu (29/12) mengatakan, Pemerintah Salvador telah mendesak warganya untuk tidak mengambil risiko dengan melakukan perjalanan berbahaya ke utara bersama anak-anak. Menurut pernyataan itu, migrasi dari negara tersebut telah menurun secara signifikan di tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement