Senin 28 Jan 2019 10:51 WIB

Australia Dukung Juan Guaido Sebagai Presiden Venezuela

Turki, Rusia, Cina, dan Iran tetap membela Maduro.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Teguh Firmansyah
Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido (tengah depan)
Foto: AP Photo/Fernando Llano
Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido (tengah depan)

REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Australia bergabung dengan negara-negara Barat lainnya dalam mendukung pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido sebagai presiden sementara negara itu sampai pemilihan ulang kembali diadakan. Guaido meyakini adanya kecurangan yang dilakukan Nicolas Maduro sebagai calon presiden pejawat.

"Australia mengakui dan mendukung Presiden Majelis Nasional, Juan Guaido, dalam mengasumsikan posisi presiden sementara, sesuai dengan konstitusi Venezuela dan sampai pemilihan diadakan," kata Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne dalam sebuah pernyataan di situs kementerian, Senin (28/1).

Presiden Nicolas Maduro (56 tahun) menghadapi tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya setelah Guaido menyatakan diri sebagai presiden sementara. Negara-negara Barat, termasuk AS dan sejumlah negara Amerika Latin telah mengakui Guaido sebagia presiden. Namun Turki, Rusia, Cina dan Iran tetap membela Maduro.

"Kami sekarang mendesak semua pihak untuk bekerja secara konstruktif menuju penyelesaian situasi yang damai, termasuk kembalinya demokrasi, penghormatan terhadap supremasi hukum dan penegakan hak asasi manusia rakyat Venezuela," jelas Payne.

Baca juga, Utusan Militer Venezuela Membelot, Serukan Kudeta Maduro.

Sebelumnya, pada debat Dewan Keamanan AS pada Sabtu (26/1), Rusia dan Cina sangat mendukung Maduro dan menolak seruan dari Amerika Serikat, Kanada, negara-negara Amerika Latin, dan kekuatan Eropa untuk pemilihan ulang.

Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters mengatakan Selandia Baru tidak akan memberikan pengakuan resmi kepada kedua pihak. "Bukan praktik Selandia Baru untuk membuat pernyataan pengakuan pemerintah," kata Peters seperti dilansir dari Reuters.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement