Selasa 29 Jan 2019 08:58 WIB

AS dan Taliban Sepakati Draf Perjanjian Damai

Taliban masih belum mau bernegosiasi dengan Pemerintah Afghanistan.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Pejuang Taliban, Afghanistan

Di sisi lain, ISIS masih terus tumbuh dan berpotensi berbahaya di Afghanistan. Kelompok tersebut kerap perang melawan Taliban untuk memperebutkan beberapa wilayah.

Menurut Analis Wilson Center, Michael Kugelman, AS sudah lama meminta Taliban ikut memerangi Alqaidah dan ISIS. Tapi langkah Taliban yang setuju untuk memerangi Alqaidah dan ISIS ini lebih bersifat 'isyarat perdamaian' dibandingkan konsensi.

"Taliban tidak pernah berteman dengan ISIS atau Alqaidah yang menjadi bayang dirinya sendirinya, tapi hal ini menjadi isyarat, setidaknya dititik ini, para pemberontak berniat untuk bernegosiasi dalam kebaikan dan sepakat dengan permintaan penting AS," kata Kugelman.  

Pemerintah Afghanistan mengatakan kesepakatan apa pun yang dibuat oleh AS dan Taliban harus berdasarkan dukungan mereka.

"Saya meminta kepada Taliban, untuk menunjukan kehendak Afghanistan mereka dan menerima permintaan rakyat Afghanistan untuk perdamaian dan melakukan pembicaraan damai yang serius dengan pemerintah Afghanistan," kata Presiden Afghanistan Ashraf Ghani.

Keinginan Presiden AS Donald Trump untuk segera mengakhiri perang selama 17 tahun di Afghanistan juga membebani pembicaraan damai. Ghani memperingatkan untuk tidak terburu-buru melakukan kesepakatan apa pun. Ia menyinggung tentang penarikan pasukan Uni Soviet dari Afghanistan pada 1989.  "Kami ingin perdamaian, kami menginginkannya dengan cepat tapi kami ingin dilakukan dengan rencana," kata Ghani.

Ghani juga mengatakan semua pasukan asing juga harus meninggalkan Afghanistan. Tapi keamanan dan keselamatan rakyat Afghanistan harus menjadi hal yang paling utama.

"Tidak ada rakyat Afghanistan yang ingin pasukan asing tetap bertahan di negara mereka, tidak ada rakyat Afghanistan yang ingin menghadapi bom bunuh diri di rumah sakit, sekolah, masjid dan taman," katanya.

Rakyat sipil menjadi pihak yang harus membayar mahal serangan-serangan yang dilakukan Taliban. Pada tahun lalu perang di Afghanistan mengalahkan perang di Suriah sebagai yang paling mematikan saat ini.

Kantor kepresidenan Afghanistan mengatakan Khalilzad sudah memastikan kepada pemerintah Afghanistan pembicaraan di Qatar tetap fokus untuk membawa para pemberontak ke meja perundingan dengan Pemerintah Afghanistan. Mereka juga mengatakan Khalilzad sudah mengonfirmasi belum ada kesepakatan untuk melakukan penarikan pasukan atau gencatan senjata.

sumber : Ap/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement