Kamis 21 Feb 2019 20:19 WIB

Bebaskan Tawanan Perempuan Suriah Menggema dari Turki

Lebih dari 13.500 wanita Suriah dipenjara sejak konflik dimulai pada Maret 2011.,

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Nashih Nashrullah
Perempuan Suriah berjalan melewati sebuah jasad yang tergeletak di tepi jalan Aleppo.
Foto: AP Photo/ Manu Brabo
Perempuan Suriah berjalan melewati sebuah jasad yang tergeletak di tepi jalan Aleppo.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL – Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Internasional, The Councience Movement atau Gerakan Hati Nurani meminta komunitas global bergerak mengamankan pembebasan perempuan dan anak-anak yang mendekam di penjara-penjara Suriah.  

Pada Rabu (20/2) waktu setempat, LSM tersebut mengadakan konferensi di Istanbul. Konferensi tersebut terdiri dari peserta dari 45 negara, termasuk Suriah, Inggris, Afrika Selatan, Ekuador, Qatar, Kenya, Ukraina, Bosnia dan Herzegovina, Brasil, Yunani, Pakistan, Kongo, dan Malaysia.

Baca Juga

Konferensi ini bertujuan meningkatkan kesadaran dari penderitaan berkelanjutan yang dihadapi perempuan dan anak-anak yang masih ditahan di penjara rezim Assad Suriah. 

Juru bicara Gerakan Hati Nurani, Yavuz Dede, mengatakan LSM akan melanjutkan kegiatannya di seluruh dunia hingga Hari Perempuan Internasional guna menarik perhatian global terhadap masalah ini. 

Pernyataan pembukaan dibacakan Gulden Sonmez, seorang pengacara, advokat hak dan perwakilan gerakan, Jurnalis Inggris Colin Stevens, dan aktivis hak-hak Kuwait Aisha al-Qassar. 

Pernyataan pembuka mengatakan, lebih dari 13.500 wanita Suriah dipenjara sejak konflik dimulai pada Maret 2011, sementara lebih dari 7.000 wanita masih ditahan dalam sasaran penyiksaan, pemerkosaan dan kekerasan seksual.  

"Gerakan Nurani menyerukan pembebasan dengan segera perempuan dan anak-anak Suriah tanpa syarat dari penjara (rezim Suriah) tanpa menjadi bagian dari tawar-menawar," kata Sonmez seperti dilansir Anadolu Agency, Kamis (21/1). 

Dia juga mendesak lembaga-lembaga internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kerjasama Islam bersama dengan para pemimpin negara-negara seperti Turki dan Rusia, untuk melakukan upaya dalam hal ini. 

"Kami mengundang semua orang di seluruh dunia dengan hati nurani untuk mengangkat suara mereka sampai perempuan dan anak Suriah terakhir dilepaskan," katanya.

photo
Seorang perempuan Suriah memasak di kamp pengungsi di Idomeni, Yunani, Selasa, 10 Mei 2016.

Seorang perempuan Suriah eks tahanan, Majid Chorbaci menceritakan penderitaannya selama dalam penahanan rezim Assad. Dia pun menuntut pembebasan segera semua perempuan dan anak-anak yang masih mendapatkan penyiksaan yang mengerika.

"Saya mendapatkan siksaan yang mengerikan seperti sengatan listrik dan pemukulan. Mereka mengancam saya dengan pemerkosaan dan mencopot jilbab saya," ujarnya.

Sementara itu, seorang wakil dari para Ibu Srebrenica (yang mewakili para penyintas Pengepungan Srebrenica pada pertengahan 1990-an), Nermina Lakota juga mendesak para perempuan Suriah untuk berani, mengatakan bahwa para ibu mendukung mereka.   

Gerakan Hati Nurani juga dibantu lebih dari 2.000 LSM dari seluruh dunia dan ribuan pendukung di 110 negara. Gerakan Hati Nurani merupakan inisiatif internasional yang didirikan tahun lalu. 

Gerakan tersebut muncul setelah konvoi internasional yang beranggotakan semua perempuan yang menjadi berita utama global dengan meningkatkan kesadaran akan pelanggaran yang dialami perempuan yang dipenjara oleh rezim Assad. 

Pada Maret tahun lalu, konvoi 55-bus melakukan perjalanan tiga hari dari Istanbul ke provinsi Hatay selatan Turki di dekat perbatasan Suriah. Kala itu 50 ribu wanita mengadakan demonstrasi besar-besaran untuk memperingati Hari Perempuan Internasional. 

Peserta datang dari lebih dari 50 negara, termasuk Suriah, Ukraina, Chili, Palestina, Irak, Inggris, Brasil, Malaysia, Pakistan, Kuwait dan Qatar. Konvoi tersebut termasuk wanita dari semua lapisan masyarakat: perwakilan masyarakat sipil, pengacara, akademisi, seniman, atlet dan ibu rumah tangga. 

Suriah didera konflik yang dimulai pada awal 2011, ketika rezim Assad menindak demonstran dengan keganasan yang tak terduga. Menurut angka-angka PBB, ratusan ribu warga sipil telah terbunuh dan ribuan orang terlantar sebab konflik, terutama oleh serangan udara rezim di daerah-daerah yang dikuasai oposisi.    

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement