Selasa 05 Mar 2019 00:00 WIB

Layanan Kereta India-Pakistan Kembali Beroperasi

Layanan kereta pulih pascaketegangan antara kedua negara tersebut.

 Seorang polisi terlihat di dalam gerbong kereta khusus wanita di kota Mumbai,India.(Reuters/Navesh Chitrakar)
Seorang polisi terlihat di dalam gerbong kereta khusus wanita di kota Mumbai,India.(Reuters/Navesh Chitrakar)

REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD— Layanan kereta yang beroperasi antara India dan Pakistan dipulihkan pada Senin (4/3). 

Samjhota Express dibekukan pekan lalu, sehubungan dengan ketegangan yang terjadi antara kedua negara tetangga, pemilik senjata nuklir.

Baca Juga

Menurut media resmi Radio Pakistan, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu, yang dipantau Antara di Jakarta, Senin malam, kereta yang membawa sebanyak 150 penumpang meninggalkan Kota Lahore di bagian timur-laut Pakistan pada Senin pagi.

Samjhota Express, yang dimulai pada 1976, adalah layanan kereta dua pekanan yang beroperasi antara Kota Amritsar di India dan Lahore.

Pekan lalu, beberapa jet tempur India memasuki wilayah udara Pakistan dan New Delhi menyatakan beberapa "teroris telah tewas di dalam satu kamp pelatihan Jaish-e-Mohammad (JEM)", kelompok gerilyawan fanatik yang mengaku bertanggung-jawab atas pemboman bunuh diri yang menewaskan lebih dari 40 prajurit India pada pertengahan Februari.

Pakistan, yang telah melarang JEM sejak 2002 tapi dituduh India menyediakan tempat perlindungan kelompok itu, membantah pernyataan tersebut dan mengatakan jet India telah menjatuhkan bom di hutan kosong.

Hubungan antara kedua negara tetangga yang memiliki senjata nuklir itu bertambah keruh ketika pesawat tempur dari kedua pihak terlibat dalam pertempuran di udara di sepanjang perbatasan Kashmir, yang menjadi sengketa. India dan Pakistan mengklaim telah menjatuhkan pesawat masing-masing dan seorang pilot India ditangkap.

Dalam tindakan untuk meredakan ketegangan, Pakistan menyerahkan pilot yang ditangkap, Abhinandan Varthaman, kepada Pemerintah India pada Jumat lalu.

AS, Uni Eropa dan Turki serta banyak negara lain telah mendesak kedua negara tersebut agar menyelesaikan silang pendapat mereka melalui pembicaraan.

Kedua negara Asia Selatan itu telah tiga kali terlibat perang pada 1948, 1965, dan 1971, dua di antaranya mengenai Kashmir, sejak keduanya berpisah pada 1947.

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement