Rabu 27 Mar 2019 16:25 WIB

Partai-Partai Oposisi Thailand Bentuk Koalisi

Koalisi partai oposisi mengklaim kursi mayoritas di majelis rendah parlemen.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Penghitungan suara Pemilu Thailand 2019 pada Ahad (24/3).
Foto: EPA-EFE/PONGMANAT TASIRI
Penghitungan suara Pemilu Thailand 2019 pada Ahad (24/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Partai Pheu Thai membentuk koalisi dengan enam partai lain, menyusul adanya kecurangan dalam pemilihan umum (pemilu) Thailand. Partai tersebut mengklaim, oposisi telah memenangkan kursi mayoritas di majelis rendah parlemen dan berhak untuk membentu pemerintahan.

Kandidat perdana menteri dari Pheu Thai, Sudarat Keyuraphan mengatakan, aliansi oposisi akan memenangkan sedikitnya 255 kursi di majelis rendah. Dia meykini aliansi oposisi tersebut bisa mendapatkan kepercayaan dari rakyat.

Baca Juga

"Partai-partai demokrasi mendapatkan kepercayaan terbesar dari rakyat, meskipun saat ini jumlahnya masih terus bergerak, kamu meyakini akan memiliki setidaknya 255 kursi," ujar Sudarat, Rabu (27/3).

Sudarat menyatakan, front demokratik yang menentang aturan militer telah menguasai mayoritas kursi di parlemen. Di sisi lain, koalisi oposisi kemungkinan akan gagal memilih perdana menteri. Hal itu karena membutuhkan suara gabungan antara majelis tinggi parlemen dan senat yang sepenuhnya ditunjuk oleh junta militer.

Hasil pemilu Thailand diselimuti keraguan oleh sejumlah pihak. Banyak penyimpangan dan kecurangan dalam penghitungan suara dalam pemilu kali ini. Hasil penghitungan suara menunjukkan bahwa partai pro-militer, Palang Pracharat memiliki suara terbanyak dan kemungkinan dapat mempertahankan pemimpin Prayuth Chanocha sebagai perdana menteri.

Mantan perdana menteri Thailand, Thaksin Shinawatra mengatakan, ada penyimpangan dalam pemilu Thailand. Thaksin khawatir, penyimpangan pemilu dapat berpengaruh terhadap kondisi politik negara tersebut di masa mendatang.

"Banyak penyimpangan yang membuat saya khawatir melihat politik, dan sistem pemilihan negara ini menjadi sangat terbelakang," ujar Thaksin kepada BBC, Selasa (26/3).

Thaksin mengatakan, ada foto-foto yang beredar dan menunjukkan mengenai kecurangan dalam pemilu tersebut. Salah satunya yakni terjadi Provinsi Petchabun, di mana kotak-kotak suara dikeluarkan dan kertas suara dimasukkan kembali di kantor setempat.

Selain itu, indikasi kecurangan lainnya yakni jumlah surat suara yang lebih tinggi ketimbang pemilih yang memberikan suara. Thaksin mengatakan di sebagian besar daerah, suara Partai Palang Pracharath tiba-tiba melompat dari posisi ketiga ke posisi pertama.

"Di beberapa daerah pemilihan, Palang Pracharath yang tadinya kalah menjadi menang, saya melihatnya ini telah membuat negara kita kehilangan kredibilitasnya," kata Thaksin.

Pemilu tersebut merupakan yang pertama sejak kudeta militer di Thailand pada 2014. Pada hasil awal memperlihatkan bahwa Partai Palang Pracharath yang pro-militer mendapatkan suara lebih besar.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement