Kamis 01 Aug 2019 00:30 WIB

Separuh Warga AS Nilai Donald Trump Sosok Rasialis

Sebanyak 51 persen warga AS menilai Donald Trump rasialis.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Presiden AS Donald Trump dalam konferensi pers di New York pada Kamis (26/9) waktu setempat.
Foto: AP Photo/Mary Altaffer
Presiden AS Donald Trump dalam konferensi pers di New York pada Kamis (26/9) waktu setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Lebih dari separuh warga Amerika Serikat (AS) menilai Donald Trump sebagai sosok rasialis. Hal itu terungkap berdasarkan survei yang dilakukan Quinnipiac University. 

Survei tersebut dilakukan antara 25 dan 28 Juli lalu dengan melibatkan 1.306 warga AS sebagai responden. Hasil survei dirilis Quinnipiac University pada Selasa (30/7). 

Baca Juga

Dilaporkan laman Business Insider, berdasarkan survei tersebut, sebanyak 51 persen warga AS mengatakan Trump rasialis. Sementara 45 persen lainnya menolak atau menentang hal tersebut. 

Survei itu menemukan perbedaan penilaian yang signifikan antara orang kulit putih dan hitam. Sebanyak 46 persen orang kulit putih menyebut Trump rasialis. Sedangkan, 50 persen lainnya mengatakan dia tidak rasialis. 

Sebanyak 80 persen orang kulit hitam di AS menilai Trump rasialis. Sementara 11 persen lainnya berpandangan sebaliknya. Sebanyak 56 persen warga latin di sana juga mengatakan Trump rasialis. 

Survei Quinnipiac University juga melibatkan anggota Partai Republik dan Demokrat. Sebanyak 91 persen kalangan Republik menilai Trump sosok yang tak rasialis. Hanya delapan persen anggota Republik yang memiliki penilaian berseberangan. 

Sementara, 86 persen anggota Demokrat mengatakan Trump rasialis. Sementara sembilan persen lainnya tak berpandangan demikian. 

"Sementara setengah dari pemilih berpikir Presiden Donald Trump adalah rasialis, agama menunjukkan kesenjangan yang lebih besar. Hanya 21 persen dari evangelis kulit putih yakin bahwa presiden (Trump) rasialis. Bandingkan dengan 63 persen pemilih yang tak berafiliasi dengan agama yang terorganisasi," ujar Mary Snow, analis untuk survei tersebut. 

Dalam survei itu, Quinnipiac University juga turut menanyakan tentang kebijakan imigrasi Trump yang menyulut kontroversi. Sebanyak 49 persen responden percaya kebijakan itu dimotivasi minat tulus untuk mengontrol zona perbatasan AS. Sedangkan 41 persen lainnya menilai kebijakan imigrasi Trump didorong keyakinan rasialis. 

Survei yang dilakukan Quinnipiac University dilakukan dua pekan setelah Trump dikecam karena menyerang empat wanita anggota Kongres AS, yakni Alexandria Ocasio-Cortez, Ilhan Omar, Rashida Tlaib, dan Ayanna Pressley. 

Melalui akun Twitternya Trump mengatakan terkesan oleh para wanita Demokrat yang duduk di Kongres. “Yang awalnya berasal dari negara-negara yang pemerintahannya merupakan bencana total, yang terburuk, paling korup, dan tidak kompeten di mana pun di dunia, sekarang dengan keras dan ganas memberitahu rakyat AS, bangsa terbesar dan paling kuat di bumi, bagaimana pemerintah kita harus dijalankan,” katanya.

Dia pun mempertanyakan mengapa mereka tidak kembali ke tempat asalnya dan memperbaiki kerusakan yang terjadi di sana. “Kalau begitu kembali dan tunjukkan pada kami bagaimana hal itu dilakukan,” ujar Trump.

Pernyataan Trump tersebut akhirnya dikecam House of Representative AS. "House sangat mengutuk komentar rasialis Presiden Donald Trump yang telah melegitimasi dan meningkatkan ketakutan serta kebencian terhadap orang Amerika baru dan orang kulit berwarna," demikian bunyi resolusi yang dirilis House. 

Kendati demikian, Trump membela posisinya. "Cicitan (di Twitter) itu bukan rasialis. Saya tidak memiliki tulang rasialis di tubuh saya," ujarnya. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement