Rabu 04 Sep 2019 00:15 WIB

Surat Ancaman ke Kedubes Korsel Berisi Peluru

Surat ancaman ke Kedubes Korsel memperburuk hubungan dengan Jepang.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Bendera Jepang dan Bendera Korsel.Ilustrasi.
Foto: REUTERS
Bendera Jepang dan Bendera Korsel.Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Kedutaan besar Korea Selatan di Jepang mendapatkan surat ancaman yang berbentuk peluru, sebuah insiden yang memperburuk hubungan dua negara Asia Timur tersebut. 

Hubungan kedua negara dibayangi kolonalisasi Jepang di Semenanjung Korea apda 1910 sampai 1945. Akhir-akhir ini perselisihan yang bermula dari kerja paksa pada masa kolonial itu berbuah ketegangan perdagangan dan keamanan. Korsel menarik diri dari pakta kerja sama intelijen militer. 

Baca Juga

"Saya memiliki senjata laras panjang dan saya memburu orang Korea," tulis surat yang dikirimkan ke Kedutaan Besar Korea Selatan di Tokyo pekan lalu, seperti yang dilaporkan kantor berita Kyodo, Selasa (3/9). 

Kyodo melaporkan surat itu berisi sesuatu yang tampak seperti peluru. Mereka menambahkan saat ini polisi masih melakukan penyelidikan. Tapi kepolisian Jepang menolak untuk berkomentar. 

Staf kedutaan mengkonfirmasi surat tersebut. Tapi ia tidak mau membeberkan detailnya lebih lanjut. 

Ketegangan antara Korea Selatan dan Jepang sudah sampai ke urusan penerbangan dan kebudayaan. Pada pekan lalu maskapai Jepang mengumumkan akan menunda sejumlah penerbangan ke Korsel. 

Pameran seni Jepang menarik patung buatan seniman Korsel yang memperlihatkan perempuan Korea dipaksa untuk melayani pasukan Jepang selama masa kolonial. Hal ini memicu perdebatan tentang penyensoran. 

Pada Senin (2/9) kemarin, penerbit majalah mingguan Jepang Shukan Post meminta maaf atas laporan khusus mereka pada edisi bulan September yang berjudul 'Kami tidak Butuh Korea'. Judul laporan khusus itu memicu amarah banyak pihak dan majalah itu dituduh melakukan ujaran kebencian. 

"Laporan ini menyebarkan kesalahpahaman dan tidak dipertimbangkan," kata editor majalah itu dalam pernyataan mereka. 

Walaupun banyak pengguna Jepang yang membalas laporan itu dengan menulis 'Kami tidak Butuh Shukan Post' banyak pula yang mendukungnya. Para pendukung majalah itu mengatakan orang Korea dan pendukungnya terlalu sensitif. Beberapa orang Jepang juga menulis orang Korea tidak pernah menepati janjinya, pernyataan yang kerap dilontarkan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe selama ketegangan antarkedua negara berlangsung. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement