REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- PBB dan Uni Eropa menyatakan eksodus Venezuela mencapai 5 juta orang, Rabu (23/10). Kondisi ini akibat dari tekanan yang tumbuh pada negara-negara tetangga untuk memberi mereka dukungan jangka panjang.
Sekitar 4,5 juta pengungsi dan imigran telah melarikan diri dari Venezuela sejak 2015. Namun, perwakilan khusus gabungan dari para pengungsi dan agen imigrasi PBB Eduardo Stein menyatakan, lebih banyak yang menggunakan jalur ilegal karena tidak memiliki dokumen identitas.
Krisis telah memburuk sejak AS menjatuhkan sanksi, termasuk pada industri minyak, dalam upaya untuk menggulingkan Presiden sayap kiri Nicolas Maduro. AS memilih memberikan dukungan pada pemimpin oposisi Juan Guaido. Lusinan negara pun mengakui Guaido sebagai presiden sementara, mengatakan Maduro mencurangi pemilihan 2018.
Stein mengatakan, sekitar 5.000 orang meninggalkan Venezuela setiap hari, jumlahnya berfluktuasi setiap waktu karena lebih banyak negara bagian memerlukan visa. "Pengalaman krisis lain di dunia menunjukkan kepada kita mereka yang ingin kembali ke Venezuela jika krisis dalam hal politik harus diselesaikan hari ini, itu akan memakan waktu dua tahun dengan kondisi baik atau mungkin bahkan lebih," kata Stein.
Rencana tanggapan kemanusiaan regional PBB akan menyalurkan sebesar 739 juta dolar AS untuk tahun ini. Angka tersebut diperkirakan akan naik hampir dua kali lipat untuk tahun 2020.
"Sembilan negara penerima telah setuju untuk menerima paspor yang sudah kadaluwarsa (Venezuela) sebagai dokumen yang sah. Jadi dengan paspor yang kadaluwarsa Anda bisa mendapatkan izin sementara kadang-kadang selama dua tahun," kata Stein.
Kolombia adalah tujuan utama bagi para imigran Venezuela yang melarikan diri dari krisis yang telah berlangsung lama. Kondisi dalam negeri yang buruk menyebabkan Venezuela kekurangan makanan dan obat-obatan. Sekitar 1,4 juta warga Venezuela tinggal di Kolombia.
Stein menyatakan, aliran pendatang ini membebani kapasitas keuangan dan administrasi negara tuan rumah untuk menyediakan layanan pendidikan dan kesehatan. Selain itu peneriamaan orang-orang Venezuela di sekitar Amerika Selatan awalnya berjalan dengan baik mulai berubah pula. Akhir-akhir ini terjadi tuduhan mereka membawa kejahatan, mengerumuni pasar kerja, dan menyaring layanan sosial.
PBB dan Uni Eropa menjadi tuan rumah pertemuan pada 28-29 Oktober di Brussels untuk meningkatkan kesadaran akan kebutuhan untuk permasalahan tersebut. Donatur dan pejabat dari Bank Dunia, serta Bank Pembangunan Antar-Amerika akan hadir, hanya saja, tidak ada perwakilan Venezuela.
"Ini adalah krisis imigran pengungsi paling parah dan paling cepat berkembang dalam sejarah Amerika Latin, setidaknya sejarah baru-baru ini," kata Duta besar Uni Eropa untuk AS di Jenewa Walter Stevens, dikutip dari Reuters.