Kamis 06 Feb 2020 19:42 WIB

Pasien Corona Mulai Putus Asa

Pasien corona di China mulai menggunakan cara tak biasa untuk sembuh.

Cepatnya penyebaran virus corona di China seakan membuat para pasien putus asa (Foto: pasien corona)
Foto: Xiao Yijiu/Xinhua via AP
Cepatnya penyebaran virus corona di China seakan membuat para pasien putus asa (Foto: pasien corona)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cepatnya penyebaran virus corona di China seakan membuat para pasien putus asa. Hal ini kian parah karena kurangnya sumber daya medis. Pasalnya, obat dari penyakit pneumonia 'misterius' ini tak kunjung ditemukan.

Hal ini mendorong orang-orang untuk menggunakan cara-cara yang tidak biasa untuk memperoleh pengobatan. Salah satu cara yang dilakukan dengan memohon ke pasien HIV atau importir obat ilegal.

Baca Juga

Devy (38), seorang pekerja lepas di Provinsi Shandong yang menolak menyebutkan nama keluarganya, adalah salah satu dari ratusan orang yang menghubungi penderita HIV untuk meminta obat. Meskipun tidak bepergian ke Provinsi Hubei atau Wuhan yang menjadi pusat penyebaran wabah, ia semakin khawatir entah bagaimana tertular virus corona setelah dokter menemukan gejala-gejala pneumonia pada tubuhnya.

Devy juga memiliki gejala lain yang berhubungan dengan virus corona, seperti demam dan mual. Putus asa dan khawatir, ia mendengar dari temannya bahwa seorang pria dengan HIV-positif.

Pria itu menawarkan Kaletra secara cuma-cuma bagi orang-orang yang diduga terjangkit virus corona tipe baru. Devy menerima 30 pil.

"Ketika anda ditinggalkan sendiri, melihat bayangan kematian dari jauh, saya rasa tidak ada seorang pun bisa merasa tenang," kata Devy kepada Reuters melalui sambungan telepon.

Otoritas kesehatan China menyatakan, belum ada obat yang efektif untuk virus yang telah menewaskan lebih dari 500 orang di negara itu. Meskipun belum ada bukti dari uji klinis, Komisi Kesehatan Nasional China menyatakan obat HIV, yakni lopinavir atau ritonavir dapat digunakan untuk pasien virus corona.

Hal itu memicu serbuan, terutama untuk Kaletra atau juga dikenal dengan Aluvia, yang merupakan versi lopinavir atau ritonavir yang tidak dipatenkan oleh produsen AbbVie. Obat ini juga menjadi satu-satunya versi yang diperdagangkan di China.

Obat itu biasanya digunakan untuk mengobati dan mencegah HIV dan AIDS. Bulan lalu AbbVie menyatakan China telah menguji obat tersebut untuk mengobati gejala virus corona.

sumber : Reuters/Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement