REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Singapura merilis pemangkasan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2020, menjadi -0,5 persen hingga 1,5 persen. Angka itu sekaligus mengonfirmasi bahwa pemerintah Singapura membuka diri terhadap kemungkinan terjadinya resesi, menyusul pukulan ekonomi akibat penyebaran virus corona (Covid-19). Padahal sebelumnya, Singapura masih percaya diri ekonominya bisa tumbuh di rentang 0,5 persen sampai 2,5 persen pada 2020.
Lantasi bagaimana dengan Indonesia?
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa ekspansi Produk Domestik Bruto (PDB) nasional tergantung dari sejauh mana pelemahan ekonomi China. Menurut perhitungan, perlambatan ekonomi China sebesar 2 persen akan linear dengan perlambatan ekonomi Indonesia sebesar 0,3 persen.
"Tentu kita melihat ini di akhir bulan Februari ini," ujar Airlangga di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (17/2).
Airlangga menambahkan, Indonesia masih bergantung kepada China untuk produk impor hortikultura dan bahan baku obat. Namun untuk produk manufaktur lain, Airlangga yakin pasar domestik bisa melakukan penyesuaian dengan mencari sumber lain.
"Bahkan kalau industri baja kan bisa menigkatkan produksi dalam negeri," kata Airlangga.
Airlangga juga belum mau menanggapi secara panjang lebar tentang kinerja perdagangan Indonesia pada Januari 2020 yang kembali mencatatkan defisit. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2020 masih mengalami defisit sebesar 860 juta dolar AS.
"Ya ini kita lihat ke depan," kata Airlangga.