Ahad 02 Aug 2020 11:51 WIB

Nepal Kembali Buka Pendakian ke Everest

Nepal meningkatkan sektor pariwisata yang sebelumnya ditutup akibat pandemi Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pegunungan Himalaya dengan Everest di puncaknya.
Foto: EPA
Pegunungan Himalaya dengan Everest di puncaknya.

REPUBLIKA.CO.ID, KATHMANDU -- Nepal telah membuka kembali sejumlah gunung, termasuk Everest untuk pendakian musim gugur. Pembukaan itu merupakan upaya untuk meningkatkan sektor pariwisata yang telah ditutup selama beberapa bulan akibat pandemi virus corona, Covid-19.

Nepal menutup perbatasan pada Maret, tepatnya sebelum musim pendakian dimulai. Biasanya, ratusan pendaki datang ke negara tersebut sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan serta pendapatan senilai jutaan dolar.

Baca Juga

"Lockdown nasional telah dicabut pada pekan lalu, Nepal sekarang terbuka untuk kegiatan pariwisata, termasuk pendakian gunung dan trekking," ujar Mira Acharya dari Departemen Pariwisata, dilansir Daily Sabah, Ahad (2/8).

Pemerintah akan membuka penerbangan internasional mulai 17 Agustus. Acharya mengatakan, para wisatawan yang datang ke Nepal harus mematuhi protokol kesehatan. Mereka harus melakukan karantina selama 14 hari ketika tiba di Nepal.

Mingma Sherpa, dari Seven Summit Treks, salah satu penyelenggara ekspedisi Nepal terbesar mengatakan telah menerima telepon dari sejumlah klien. Mereka menanyakan, tentang protokol kesehatan yang harus dijalankan oleh pendatang termasuk karantina mandiri untuk mencegah pandemi virus corona.

"Akan sangat melegakan bagi pendaki gunung jika kita dapat melakukan ekspedisi setelah musim semi yang sepi," ujar Sherpa.

Sementar itu, Lukas Furtenbach dari Furtenbach Adbentures mengatakan, dirinya telah membatalkan semua ekspedisi ke Everest. Dia tidak ingin menanggung risiko terhadap para kliennya di tengah pandemi virus corona yang belum berakhir.

"Saya pikir menjalankan ekspedisi sekarang akan menjadi trial and error. Percobaan dan kesalahan tidak pernah menjadi strategi kami untuk ekspedisi, di mana kami bertanggung jawab atas kehidupan staf dan klien kami," ujar Furtenbach.

Sejumlah ahli gunung mengatakan pendakian pada September-November lebih berbahaya karena angin kencang dan suhu yang lebih rendah. Pada musim gugur tahun lalu di Everest terdapat blok es gletser yang menggantung dan sangat berbahaya. Medan tersebut harus dilintasi oleh pendaki untuk mencapai Camp 1.

Sementara, pada pendakian musim semi tahun lalu terdapat 885 orang yang berhasil mencapai puncak Everest. Sebanyak 644 di antaranya mencapai puncak dari arah selatan, dan 241 lainnya dari sisi utara di Tibet. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement