REPUBLIKA.CO.ID, LEBANON -- Kementerian Kesehatan Lebanon menyatakan masih ada lebih dari 60 korban ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon yang dinyatakan hilang. Hingga saat ini, masih terus dilakukan pencarian terhadap para korban tersebut.
"Kami memiliki lebih dari 60 orang yang masih hilang," ujar petugas Kementerian Kesehatan dilansir dari English Alarabiya pada Sabtu (8/8).
Menututnya, ledakan yang terjadi pada Selasa (4/8) lalu menewaskan 154 orang, termasuk di dalamnya 25 orang yang belum teridentifikasi. Sedangkan korban-korban lainnya sebanyak 5.000 orang mengalami luka-luka. Dari banyaknya korban luka tersebut, 120 orang masih dalam kondisi kritis di rumah sakit.
Ledakan di Beirut berasal dari sebuah gudang yang berlokasi di dekat pelabuhan. Menurut Presiden Lebanon Michel Aoun, gudang itu menyimpan 2.750 ton amonium nitrat, bahan kimia yang digunakan untuk memproduksi pupuk dan bahan peledak.
Menurut sumber-sumber di kementerian kabinet memerintahkan pejabat pelabuhan yang terlibat dalam menyimpan atau menjaga amonium nitrat di gudang sejak 2014 untuk dimasukkan ke dalam tahanan rumah. Kabinet pun telah mengumumkan keadaan darurat selama dua pekan di Beirut.