REPUBLIKA.CO.ID, LIMA -- Kongres Peru telah membuka proses pemakzulan terhadap Presiden Martin Vizcarra karena "ketidakmampuan moral" di tengah tudingan mencoba menghalangi penyelidikan korupsi. Proses pemakzulan itu disetujui 65 suara dan 36 suara lainnya tidak setuju, serta 24 suara abstain.
Sebanyak 52 suara dari 130 anggota Kongres diminta memulai persidangan pada pekan depan. Sebanyak 87 suara dibutuhkan untuk mencopot Vizcarra dari jabatannya. Enam dari sembilan partai yang mewakili 95 dari 130 kursi di Kongres mendukung pemakzulan tersebut.
Pemakzulan terhadap Vizcarra dapat menjerumuskan Peru ke krisis lebih dalam, ketika negara itu sedang berjuang memerangi pandemi virus corona. Peru telah berada dalam pergolakan krisis ekonomi dan pandemi corona telah memangkas produk domestik bruto kuartal kedua sebesar 30 persen.
Vizcarra menegaskan, dirinya tidak akan mundur. Pada Kamis (10/9) lalu legislator oposisi Edgar Alarcon memberikan tiga rekaman audio kepada Kongres.
Alarcon mengeklaim, tiga rekaman audio itu menunjukkan presiden mencoba menutupi pertemuan dengan Richard Cisneros, seniman yang mendapatkan kontrak pemerintah senilai 49.500 dolar AS. Cisneros adalah penyanyi yang kurang terkenal dan dibayar untuk menyampaikan pembicaraan motivasi pro-pemerintah. Kesepakatan itu sedang diselidiki parlemen dan auditor jenderal Peru.
Cisneros terlibat kampanye Pedro Pablo Kuczynski, yang mengundurkan diri sebagai presiden pada 2018 dan digantikan Vizcarra, yang saat itu menjabat wakil presiden. Dalam audio, Vizcarra mengakui telah melakukan dua pertemuan dengan Cisneros dan menginstruksikan stafnya mengabaikan pertemuan itu.
Presiden Vizcarra mengaku mengenal Cisneros dan mengatakan, seniman itu tidak memiliki peran dalam kontrak yang diberikan. Pada Jumat (11/9) dia mengatakan kepada wartawan, tuduhan itu merupakan skenario yang dibuat untuk mengguncang pemerintahan.
"Saya tidak akan mundur, saya memiliki komitmen untuk Peru dan saya akan memenuhinya hingga hari terakhir mandat saya," ujar Vizcarra, dilansir Aljazirah, Sabtu (12/9).
BBC melaporkan, oposisi menuduh presiden membuang-buang sumber daya ketika rakyat Peru biasa menghadapi kesulitan ekonomi akibat krisis virus corona. Lebih dari 30 ribu orang telah meninggal karena Covid-19 di Peru, yang memiliki salah satu tingkat kematian tertinggi di dunia.
Pemilihan presiden akan diadakan tahun depan dan Vizcarra mengatakan dia tidak akan mencalonkan diri lagi. Pakar politik di Universitas Harvard, Steve Levitsky, mengatakan, demokrasi Peru telah semakin jauh tenggelam ke dalam krisis.
"Pencopotan presiden adalah masalah yang sangat besar dan membutuhkan pertimbangan serius, debat publik, dan penyelidikan," ujar Levitsky.