Selasa 08 Dec 2020 04:10 WIB

Duka di Balik Protokol Penanganan Jenazah Covid-19

Kebenaran hidup yang paling menyedihkan menjadi lebih menyakitkan dengan protokol ekstra bagi korban virus global yang belum pernah terjadi sebelumnya - Anadolu Agency

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan  melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS).  Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.

Protokol di Kolombia

Pemakaman dan rumah duka ditutup dan ritual dilarang hingga Oktober di Kolombia. Setelah kematian akibat Covid-19, keluarga menerima abu orang yang mereka cintai beberapa hari setelah kematian mereka. Di Kolombia, ada lebih dari 1,3 juta kasus virus korona dan lebih dari 36.700 kematian.

Rumah duka kini telah dibuka kembali dan diizinkan untuk menyelenggarakan layanan pemakaman dengan kehadiran terbatas, selama memenuhi protokol yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan.

Saat seseorang meninggal karena virus, petugas pemakaman yang dilengkapi dengan alat pelindung harus mengeluarkan jenazah dari rumah atau fasilitas kesehatan dalam waktu sesingkat mungkin.

Jenazah harus disimpan dalam kantong kedap udara dengan tingkat ketebalan tertentu dan tidak boleh dibuka kembali setelah disegel dan disimpan di peti mati.

Persiapan jenazah untuk penguburan atau kremasi harus dilakukan di tempat yang sama saat pasien menghembuskan napas terakhir dan tenaga kesehatan yang menangani jenazah harus memiliki alat pelindung dan mengikuti prosedur keamanan yang telah ditetapkan.

Jenazah kemudian segera dipindahkan dengan mobil pemakaman, menggunakan rute tercepat menuju pemakaman atau pelayanan krematorium, di mana jenazah akan diserahkan kepada mereka yang bertanggung jawab atas pelayanan.

Semua korban virus, termasuk yang jenazah pasien suspek, dikremasi dan kemudian dimakamkan di kuburan individu atau dimasukkan ke dalam lemari besi di pemakaman.

Eropa

Menurut pedoman pemerintah di Inggris, pemakaman dapat dihadiri hingga 30 pelayat di kuburan dan krematorium dengan jarak sosial dan memakai masker.

Karena jumlah kematian harian meningkat selama gelombang kedua, dengan jumlah harian tertinggi 853 tercatat beberapa hari yang lalu dan para ahli memperkirakan sebanyak 250.000 kematian, pemakaman menghadapi kesulitan dalam menangani penguburan.

Institut Robert Koch Jerman mencatat bahwa belum ada studi konklusif tentang apakah tubuh seseorang yang meninggal karena Covid-19 bisa menular atau tidak.

Lembar fakta dari institut tersebut berfungsi sebagai pedoman bagi otoritas kesehatan lokal dan komunitas keagamaan untuk menangani jenazah dan menyelenggarakan pemakaman dengan aman di Jerman, di mana peraturan dan tindakan berbeda-beda di setiap negara bagian karena sistem federal.

Institut itu merekomendasikan dokter, staf medis dan penyelenggara pemakaman yang memiliki kontak langsung dengan jenazah untuk menerapkan langkah-langkah perlindungan standar dan tidak menyarankan pembalsaman jenazah.

Ritual mencuci juga harus dilakukan hanya di bawah aturan kebersihan yang ketat.

Menurut institut tersebut, setelah jenazah disiapkan untuk dimakamkan dan ditempatkan di peti mati, tindakan perlindungan tambahan tidak diperlukan.

Upacara pemakaman dengan peti terbuka dinilai tidak menimbulkan risiko bagi pelayat selama aturan umum seperti jarak fisik dipatuhi.

Sejak Jerman melakukan karantina wilayah sebagian pada 2 November, praktik pemakaman diizinkan, tetapi jumlah orang yang diizinkan untuk hadir dikurangi, tergantung pada ukuran tempat.

Selain tindakan virus korona biasa, penyelenggara harus menyimpan daftar orang yang menghadiri pemakaman, untuk membantu pihak berwenang dalam pelacakan kontak.

Otoritas Jerman mengizinkan pengangkutan jenazah, termasuk mereka yang meninggal karena Covid-19, ke luar negeri untuk dimakamkan di peti mati yang layak, asalkan persyaratan hukumnya dipenuhi.

Ketika Italia menjadi episentrum pandemi di Eropa pada Maret, gambar rumah sakit dan truk militer yang kewalahan membawa ratusan mayat ke krematorium memberikan gambaran suram sebuah negara yang tidak bisa menangani jumlah kematian akibat Covid-19.

Pemerintah melarang pemakaman karena alasan keamanan selama sekitar dua bulan dan ribuan orang Italia tidak memiliki kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang mereka cintai atau untuk memberikan mereka penguburan yang layak.

Peti mati korban virus korona biasanya disegel langsung di kamar mayat rumah sakit untuk menghindari risiko penularan dan tradisi keluarga Italia yang menghampiri peti mati terbuka untuk memberikan perpisahan terakhir mereka, baik di gereja maupun di rumah, dilarang.

Setelah kurva infeksi mulai mendatar pada Mei, upacara pemakaman diizinkan lagi, tetapi dengan maksimal 15 orang peserta dan wajib menggunakan masker.

Sekarang, saat Italia berjuang untuk menahan gelombang kedua penularan, batasan jumlah orang yang menghadiri pemakaman atau upacara penguburan tergantung pada ruang yang tersedia.

Mengunjungi kuburan dan misa dibolehkan, tetapi harus di bawah aturan jarak sosial dan sanitasi yang ketat.

Di Spanyol, pemakaman, seperti hampir semua kegiatan sosial lainnya, juga dibatasi di tengah pandemi.

Pemakaman menjadi penyebab wabah pertama di Spanyol pada akhir Februari, yang menyebabkan setidaknya 70 orang tertular virus dan memaksa pemerintah melakukan karantina wilayah pertama di negara itu, tepatnya di Kota Haro.

Sekarang, masker adalah wajib dan pelukan tidak dianjurkan di negara ini.

Pada gelombang pertama, jumlah hadirin di pemakaman dibatasi hanya tiga orang tapi saat ini, peraturannya berbeda-beda di setiap wilayah, dengan jumlah maksimum berkisar antara 10 hingga 50 peserta, tergantung pada apakah pemakaman diadakan di dalam atau di luar ruangan.

Spanyol telah menyaksikan lebih banyak kematian tahun ini, dengan laporan kematian selama 2020 terbaru menunjukkan sekitar 70.000 lebih banyak daripada rata-rata dalam satu tahun. Lebih dari 44.000 nyawa itu secara resmi melayang karena Covid-19.

Madrid, wilayah yang paling terpukul, harus membuka dua arena skating besar untuk dijadikan kamar mayat ketika tidak ada tempat tersisa untuk menyimpan jenazah.

Sementara di Barcelona, jenazah disimpan di tempat parkir tiga lantai. Beberapa kota kecil seperti San Martin de Valdeiglesias kehabisan ruang di pemakaman.

 

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/duka-di-balik-protokol-penanganan-jenazah-covid-19-di-seluruh-dunia/2067971
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement