Selasa 08 Dec 2020 04:10 WIB

Duka di Balik Protokol Penanganan Jenazah Covid-19

Kebenaran hidup yang paling menyedihkan menjadi lebih menyakitkan dengan protokol ekstra bagi korban virus global yang belum pernah terjadi sebelumnya - Anadolu Agency

Website Anadolu Agency Memuat Ringkasan Berita-Berita yang Ditawarkan kepada Pelanggan  melalui Sistem Penyiaran Berita AA (HAS).  Mohon hubungi kami untuk memilih berlangganan.

Afrika

Di Afrika, pandemi Covid-19 telah mengganggu banyak tradisi Afrika terkait penguburan. Sebelum pandemi, orang Afrika mengadakan upacara besar untuk melepas orang yang mereka cintai, sering kali dengan ratusan pelayat yang hadir.

Namun, dengan pembatasan Covid-19, semuanya berubah.

Di negara-negara seperti Afrika Selatan, hanya 50 orang yang diizinkan menghadiri pemakaman, dan keluarga tidak diizinkan untuk melakukan kontak dengan jenazah. Penguburan tidak boleh lebih dari dua jam dan hanya dapat dihadiri oleh anggota keluarga dekat.

Petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung menangani jenazah dan menguburnya.

Padahal sebelum pandemi, sebagian besar keluarga Afrika, kecuali Muslim, membutuhkan waktu seminggu sebelum menguburkan orang yang mereka cintai.

Mereka akan menyimpan jenazah di kamar mayat dan akan mengunjunginya pada Kamis, kemudian memandikan jenazah dan meletakkannya di peti mati.

Pada Jumat, jenazah akan dibawa ke rumah keluarga dan bermalam di sana untuk dilihat sebelum dimakamkan pada Sabtu.

Namun, saat ini, jenazah juga dikuburkan pada hari kerja.

Sebelum pencabutan larangan perjalanan antar provinsi di Afrika Selatan, keluarga dari pasien yang meninggal di provinsi lain harus mendapat izin untuk mengangkut jenazah ke provinsi asal mereka.

Namun, aturan ini berdampak buruk bagi orang miskin karena mayat diizinkan diangkut dengan mobil terpisah tetapi kerabat tidak diizinkan untuk menemaninya.

Orang miskin terpaksa dikubur jauh dari rumah mereka.

Warga Afrika yang meninggal di luar negeri antara Maret dan Juli juga harus dikuburkan di negara tempat dia menghembuskan napas terakhir karena sebagian besar perjalanan internasional dibatasi saat itu.

Kini, jenazah dari warga yang meninggal di luar negeri bisa dipulangkan dengan protokol yang ketat, seperti dikuburkan oleh petugas kesehatan dengan pakaian pelindung.

Namun tetap saja, dalam beberapa kondisi luar biasa, sejumlah orang telah melanggar aturan dengan menghadiri pemakaman bersama ratusan pelayat.

Iran dan Arab Saudi

Keheningan yang memekakkan telinga di pemakaman terbesar Iran, Behesht-e Zahra, akhir-akhir ini diramaikan oleh jeritan kerabat yang meratap, memberikan pelepasan air mata kepada orang tercinta yang meninggal karena Covid-19.

Pemakaman besar di Teheran selatan, ibu kota yang mencatat setengah dari kematian harian di Iran, berjuang keras menghadapi dampak pandemi.

Dari sekitar 150 kuburan baru setiap hari sebelum pandemi, pemakaman itu sekarang harus menampung 350 hingga 400 mayat setiap hari dengan kematian akibat virus yang meningkat secara mengkhawatirkan.

Pengelola pemakaman dan kerabat korban, menjelaskan prosedur tersebut, mengatakan bahwa mereka yang sekarat karena virus diterbangkan langsung ke pemakaman dari rumah sakit, di mana upacara pemakaman dilakukan oleh tim relawan dengan kepatuhan ketat terhadap protokol keselamatan.

Di sebuah kompleks besar yang terletak di salah satu sudut pemakaman yang dirancang khusus, upacara pemakaman dilakukan untuk semua korban sebelum penguburan mereka.

Relawan dari lembaga keagamaan membantu seluruh proses di bawah pengawasan pengelola pemakaman.

Setelah upacara pemakaman, jenazah dikirim ke kuburan yang telah ditentukan, dan keluarga hanya diperbolehkan hadir setelah penguburan selesai, sesuai dengan protokol ketat Covid-19.

Seorang petugas pemakaman mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa perjuangan sebenarnya dimulai di rumah sakit, di mana menentukan penyebab kematian terkadang menyebabkan penundaan penguburan.

Mereka yang dikonfirmasi meninggal karena virus dibawa dengan ambulans khusus ke pemakaman setelah keluarga diberitahu. Karena Behesht-e Zahra kehabisan ruang, ada laporan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan gagasan untuk membuka dua pemakaman lagi di kota itu.

Di Arab Saudi, Kementerian Kesehatan telah mengalokasikan kuburan tertentu untuk kematian akibat virus korona, sementara rumah sakit menyiapkan jenazah di bawah pengawasan kementerian.

Dari prosedur pemakaman hingga waktu penguburan yang dilakukan oleh pekerja yang terlatih khusus, tindakan tertentu seperti membatasi kehadiran maksimal 10 anggota keluarga dan jarak sosial juga diterapkan.

Palestina, Tunisia, Yordania dan Mesir

Di Palestina, Kementerian Kesehatan telah membentuk sub-divisi untuk menangani kematian akibat Covid-19 pada awal pandemi dan menetapkan bahwa jenazah yang diduga atau dikonfirmasi sebagai pasien virus korona harus dibawa ke kamar mayat sesegera mungkin dan langsung diantar ke lokasi pemakaman.

Keluarga dilarang keras menyentuh atau mencium tubuh. Satu orang keluarga yang memiliki perlengkapan yang memadai akan dipanggil untuk mengidentifikasi korban dari jarak satu meter.

Jenazah harus dipersiapkan oleh staf tertentu dengan peralatan pelindung diri yang sesuai dan mayat harus ditutup oleh tiga lapisan dengan kain katun putih, kantong tubuh bilayer dan kemudian diseka dengan desinfektan.

Upacara keagamaan bagi jenazah harus dilakukan di bawah pengawasan petugas kesehatan lingkungan. Kerabat dilarang membuka peti mati yang disegel dan petugas harus memastikan tindakan ini dipatuhi dengan ketat.

Doa pemakaman Islam harus dilakukan dengan kehadiran sedikit orang di ruang terbuka. Pemerintah juga melarang pertemuan karena belasungkawa yang biasanya memakan waktu tiga hari pada Maret.

Di Tunisia, protokol pertama menetapkan bahwa petugas kota menangani proses penguburan dan mensterilkan kuburan, tanpa melibatkan keluarga jenazah tapi mengizinkan dua atau tiga orang dari kerabat.

Sebuah protokol baru memungkinkan 10 orang dari kerabat untuk menghadiri pemakaman dan membatalkan penggunaan buldoser untuk menempatkan jenazah di kuburan.

Otoritas Akreditasi dan Penilaian Kesehatan Kementerian Kesehatan Dr. Muhammad bin Dhiab mengatakan protokol baru kementerian dilakukan untuk menghormati etika menangani jenazah.

Kementerian Kesehatan Yordania memutuskan untuk menguburkan jenazah pasien virus korona dengan cara tradisional, dengan menyerahkan tubuh mereka kepada keluarga mereka untuk dimakamkan dalam protokol keselamatan publik, tanpa perlu memindahkan mereka ke Pusat Nasional Kedokteran Forensik, menurut Kantor Berita resmi Petra.

Mesir juga mengikuti pedoman universal yang diterima secara luas untuk melakukan pemakaman, namun, sejumlah orang keberatan jika korban Covid-19 dimakamkan di pemakaman setempat.

Saat ini, negara telah mengeluarkan peraturan yang menghukum mereka yang menghalangi, mengganggu atau mencegah penguburan atau upacara penguburan lainnya dengan hukuman penjara atau denda.

Pakistan, Afghanistan, India dan Bangladesh

Pakistan mempertahankan protokol penguburan peti mati tertutup sesuai dengan pedoman WHO, di mana hanya empat anggota keluarga yang diizinkan hadir hingga Juni. Tetapi secara bertahap, pembatasan telah dilonggarkan. Saat ini, tidak ada batasan yang tegas meski pemerintah tetap menuntut sedikit kehadiran.

Di Afghanistan, meskipun ada klaim dari pejabat kesehatan yang mengatakan mereka memastikan penguburan korban Covid-19 dilakukan sesuai dengan pedoman WHO, sebagian besar keluarga terus menguburkan jenazah orang yang mereka cintai dengan cara tradisional tanpa menginformasikan otoritas.

Sementara itu, di Bangladesh, korban Covid-19 dimakamkan tidak berbeda dengan kematian non-virus. Namun, pemerintah menyarankan protokol kebersihan yang ketat sebelum penguburan.

Berbicara kepada Anadolu Agency, Dr. A.S.M. Alamgir, pejabat ilmiah utama Direktorat Jenderal Layanan Kesehatan pemerintah, mengatakan mayat setelah penguburan tidak berbahaya atau berisiko.

“Tapi kami telah mengarahkan secara ketat pejabat terkait untuk memastikan arahan kesehatan selama memandikan jenazah,” kata Alamgir.

Dia menambahkan bahwa mereka yang akan memandikan jenazah harus menggunakan alat pelindung diri dan tetap waspada sehingga air tidak menyebar di tempat terbuka.

“Orang-orang sudah terbiasa menangani Covid-19. Seorang pasien korona meninggal di sini beberapa hari yang lalu, sejumlah besar orang mengikuti sholat jenazah, dan dia dimakamkan secara normal," kata Mohiuddin, penduduk Distrik Barguna, Bangladesh, kepada Anadolu Agency.

Menurut protokol India, ketika pasien virus korona meninggal, mereka diangkut langsung ke kuburan di bawah pengawasan resmi yang ketat dengan kehadiran anggota keluarga yang sangat sedikit. Pedoman Kementerian Kesehatan mencatat bahwa memandikan, mencium dan memeluk jenazah dilarang.

Protokol kremasi hampir sama dengan penguburan. Pihak berwenang mengizinkan anggota keluarga mengambil abu untuk melakukan ritual terakhir.

Pada Juli, sebuah video dibagikan di media sosial di Karnataka selatan, di mana petugas kesehatan terlihat mengubur mayat korban Covid-19 dengan tidak hormat di dalam lubang. Video tersebut memicu kemarahan di media sosial dan para pekerja kemudian diskors.

Beberapa kasus kesalahan penanganan korban Covid-19 lainnya juga terjadi di berbagai tempat di India, mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan terhadap petugas kesehatan yang sembrono.

sumber : https://www.aa.com.tr/id/dunia/duka-di-balik-protokol-penanganan-jenazah-covid-19-di-seluruh-dunia/2067971
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement