REPUBLIKA.CO.ID, PORT AU PRINCE -- Presiden Haiti Jovenel Moise pada Ahad (7/2) mengatakan, pihak keamanan berhasil menggagalkan dugaan percobaan kudeta dan pembunuhan terhadapnya. Hal ini disampaikan di tengah perselisihan terkait akhir masa jabatan Presiden Moise.
"Saya berterima kasih kepada kepala keamanan di istana. Tujuan orang-orang ini adalah mengancam hidup saya," kata Moise seperti dilansir laman South China Morning Post, Senin (8/2).
Setidaknya 23 orang ditangkap termasuk seorang hakim tinggi dan pejabat dari polisi nasional dalam proses percobaan penggulingan presiden. Para tersangka komplotan bertujuan membunuh Presiden Moise pada saat konferensi pers di ibu kota Port au Prince, Ahad.
Menurut Menteri Kehakiman Rockefeller Vincent, percobaan kudeta adalah plotnya. "Rencana itu dibatalkan," ujarnya menambahkan.
Presiden Moise berbicara di landasan di bandara Port-au-Prince, ditemani oleh istrinya dan Perdana Menteri (PM) Joseph Jouthe. Namun, Moise tidak memberikan rincian atau bukti lebih lanjut dari plot tersebut.
PM Jouthe mengatakan kepada surat kabar Le Nouvelliste, bahwa seorang hakim Mahkamah Agung Ivickel Dabresil, termasuk di antara mereka yang ditahan.
Hakim adalah salah satu kandidat yang dipertimbangkan oposisi untuk menjadi presiden sementara jika Moise dapat diyakinkan untuk menyerahkan kekuasaan.
Partai politik dan organisasi oposisi termasuk Le Secteur Democratique et Populaire (SDP) pun langsung mengkritik Moise.
Upaya kudeta yang diklaim terjadi saat pendukung dan penentang Moise terlibat dalam perselisihan pahit mengenai kapan masa jabatannya dimulai dan kapan akan berakhir.
Di Haiti, masa jabatan presiden berlangsung selama lima tahun dan selalu dimulai pada 7 Februari, setelah pemilu. Pemilihan presiden pada Oktober 2015 dibatalkan karena tudingan kecurangan. Saat itu Moise terpilih pada putaran pertama.
Setahun kemudian, dia dinyatakan sebagai pemenang pada putaran kedua pemilu ulang dan akhirnya dilantik pada 7 Februari 2017. Moise dan para pendukungnya mengatakan, masa jabatannya dimulai pada 2017 dan akan berlanjut selama satu tahun lagi.
Namun menurut lawannya, masa jabatan Moise dimulai pada Februari 2016 dan oleh karena itu berakhir pada Ahad (7/2). Selama lebih dari dua tahun, Haiti telah berulang kali mengalami gangguan oleh protes yang terkadang disertai kekerasan sehingga menuntut pengunduran diri Moise. Para pengkritiknya menuduhnya melakukan korupsi.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) pada Jumat lalu menerima klaim presiden atas kekuasaan. Juru Bicara Departemen Luar Negeri Ned Price mengatakan, Washington telah mendesak pemilihan legislatif yang bebas dan adil sehingga parlemen dapat melanjutkan perannya yang sah.